
Judul: The Coffee Memory
Karya: Riawani Elyta
Penerbit: Bentang Pustaka
Adalah Dania, seorang pewaris bisnis cafe milik Andro, suaminya yang tewas karena kecelakaan. Bisnisnya ini terpaksa vakum pasca kejadian tragis itu. Karena jangankan harus berhadapan dengan dunia bisnis, sedikit saja aroma kopi dengan mudah mengembalikan ingatannya akan Andro, the love of her life.
Kenyataan hidup memang pahit. Dania tak bisa bersembunyi dari tuntutan lingkungan yang memaksanya untuk melanjutkan hidup. Banyak jiwa-jiwa lain yang bergantung padanya. Para karyawan Katjoe Manis, cafe-nya Andro yang masih setia menanti usaha itu kembali berputar.
Akhirnya, Dania kembali membuka cafenya, demi melanjutkan cita-cita sang suami yang mempunyai passion sangat tinggi pada kopi. Lika-liku perjuangannya menjalankan bisnis itu seorang diri tidak mudah. Rival bisnis, pengkhianatan karyawan, cinta lama yang muncul dan memanfaatkan statusnya yang menjanda, serta cinta yang kemudian hadir tanpa dia sadari menjadi daya tarik novel ini.
Dengan gaya khas Riawani Elyta, novel ini terasa mengalir dan memuaskan. Meski sempat tersendat di awal karena deskripsi yang terlalu panjang dan agak membosankan, akhir kisah Dania tidak mudah ditebak dan menyentuh hati.
Buat saya, novel ini cukup sukses meninggalkan kesan di hati. Buktinya saya masih bisa menuliskan reviewnya dan mengingat detil peristiwa yang diceritakan oleh Riawani dalam the Coffee Memory, setelah saya selingi dengan membaca beberapa novel lain.
Dunia kopi sangat gamblang dibahas, sehingga menambah pengetahuan saya yang nggak terlalu peduli dengan perkopian dan seluk-beluknya.
The Coffee Memory, dikemas sangat menarik. Kavernya yang mirip bungkus kopi dan bernuansa alam, sangat mewakili isi cerita.
Buat yang hobby ngopi, novel ini “lo banget”, deh. Wajib baca kalo nggak mau disebut banci kopi. Well, last but not least, novel Riawani yang ini bagi saya adalah yang terbaik dibanding karya-karya beliau lainnya yang pernah saya baca. Meski (katanya) dibuat dengan deadline yang pendek. Artinya, Riawani memang pantas diberi jempol banyak karena piawai mengolah kata dan mengemasnya apik.
Segitu dulu ulasannya. Selamat membaca The Coffee Memory.
Makasih mbak udah mereview novel ini. Alhamdulillah kalo berkenan. Saya pingin buat sekuelnya, nunggu ide ngumpul dulu, hehe
Ditunggu sekuelnya, yaa. Moga lancar 🙂
Iya Mbak, kopi banget 🙂
baunya juga kopi, ya 😉 (buat yang dapet bonus kopi)
hip hip hurraaay .. kopi bangeeeeet ^_^
makasih Anne, nanti aku beli ah..
Siiip…eh beli kopi atau beli novelnya ini? 😉