Tantangan Menjalankan Zero Waste di Rumah

Tantangan Menjalankan Zero Waste di Rumah

Saya mulai mengenal zero waste ini sekitar 3 tahun lalu, belajar dari seorang teman praktisi jirowes yang konsisten. Tapi punya motivasi untuk benar-benar menjalankannya, baru sejak beberapa bulan belakangan ini. Satu hal yang membuat kami “memaksakan diri” menjalankan zero waste lifestyle ini adalah kami belum menemukan cara membuang sampah yang tepat di area rumah. Lalu kami juga melihat ada beberapa titik yang dijadikan tempat pembuangan sampah illegal di lingkungan rumah kami yang baru ini.

However, we’re so excited moving in to our new neighborhood. Kampung, air bersih, udara segar, banyak pepohonan, dataran tinggi, tetangga dekat, masjid, pedagang makanan, warung. Semuanya sempurna. Alhamdulillah. Hanya satu yang mengganjal, sistem pembuangan sampahnya nggak seperti di lingkungan rumah lama kami.

Ini sepertinya merupakan peringatan agar kami harus segera memulai living zero waste.

 

Apakah Zero waste Lifestyle Itu?

Zero waste atau nol sampah pada dasarnya merupakan sebuah pemikiran tentang pola hidup yang tidak menghasilkan sampah, dengan menggunakannya kembali atau mengolahnya menjadi bentuk lain yang bermanfaat. Caranya yaitu dengan memenej agar tidak ada sampah yang dibuang dan menjadi beban bagi bumi tempat kita berpijak, mencemari air, tanah dan lingkungan.

Saat pertama kali diperkenalkan tentang zero waste, saya cukup semangat menyambut sebuah pemikiran yang baru dan menarik ini. Memang ya, membayangkan bumi kita yang penuh sampah ini membuat hati ini jeri. Ingin rasanya melakukan sesuatu, tapi kok nggak berdaya. Dan sepertinya zero waste adalah salah satu solusi yang layak dicoba.

Tapi ternyata, menerapkan satu pola hidup baru ini bagaikan mengubah hampir keseluruhan hidup kita. Nggak semudah membalikkan telapak tangan.

 

Kenapa Harus Zero Waste

Hingga saat ini, kita masih sampai tataran membuang sampah pada tempatnya. Itupun masih susah kayaknya. Lingkungan kita masih banyak sampah yang bertebaran. Memberi pemahaman orang untuk membuang sampah pada tempatnya saja rasanya masih BIG JOB buat kita.

Sampah yang dibuang pada tempatnya pun ternyata tidak memberikan solusi bahwa bumi kita akan bebas dari sampah. Karena, sampah yang kita hasilkan, tetap menjadi penghuni tempat pembuangan akhir. Teman-teman tahu seberapa jenuhnya kondisi TPA-TPA yang ada? Bahkan saking jenuhnya, TPA Leuwigajah di Cimahi pernah meledak.

Selain di TPA, sampah-sampah kita ada yang berakhir di laut atau terpendam di tanah, mencemari air, udara, tanah dan ekosistem di dalamnya.

Tahun lalu, saya pernah mengunjungi sebuah pulau tak berpenghuni di Kepulauan Seribu, namanya Pulau Angin Bira. Percaya nggak, pulau sepi itu dipenuhi sampah yang datang karena terbawa arus laut. Sumbernya dari mana lagi kalau bukan dari Pulau Jawa dan pulau-pulau lain di Kepulauan Seribu. Parahnya lagi, sampah-sampah itu mengganggu penyu-penyu yang biasa bertelur pada musim tertentu di pulau tersebut.

Pernah lihat kan penyu yang terjebak dalam sampah sejak dia kecil sampau dewasa.

Intinya, membuang sampah meskipun menurut kita tempatnya sudah benar, ternyata bukan solusi yang bisa menyelesaikan problema sampah ini secara keseluruhan. Kita sulit melenyapkannya apalagi sampah-sampah plastik dan STYROFOAM. Lihat bagan di bawah ini yaa…

lama penguraian sampah

 

Memulai Zero waste atau Minim Sampah

Zero waste artinya nol sampah, maksudnya adalah kita hidup tanpa menghasilkan sampah sama sekali. Apa mungkin? Yaa, beberapa orang sudah membuktikan bisa hidup tanpa menghasilkan sampah sama sekali.

Kalau saya? Belum bisa. Tapi minimal kita bisa hidup MINIM SAMPAH  . Normalnya, keluarga kami menghasilkan sampah minimal 1 kantong kresek Indom***t setiap hari, maksimal 2 kresek. Tapi setelah menerapkan hidup minim sampah, kami bisa membuang sampah anorganik (yang tidak terpilah) seminggu sekali. Untuk ukuran praktisi zero waste, ini masih banyak. Karena ada yang hanya membuang sampah satu kresek dalam 2 bulan.

Bagaimana cara melakukan hidup minim sampah? Silakan cek infografis berikut:

zero waste

  1. BELANJA MENGGUNAKAN TAS ATAU WADAH SENDIRI

Tidak menggunakan kantong plastik merupakan cara termudah untuk memulai hidup minim sampah. Dari sini, kita akan terbiasa menghindari kantong plastik saat membeli apapun.

Yang paling banyak menghasilkan sampah terutama plastik adalah ketika kita belanja makanan, atau order makanan lewat ojol. Coba deh beli mie ayam, kita akan mendapat plastik khusus kuahnya, mienya, sambalnya, pangsit gorengnya, dan sumpitnya. Semuanya akan dibungkus lagi dengan satu plastik yang besar. Coba hitung sampahnya.

 

  1. MENGHINDARI PRODUK SEKALI PAKAI

Banyak sekali produk sekali pakai yang kita temukan sehari-hari, yang ternyata bisa kita hindari dan cari alternatifnya agar nggak menghasilkan sampah. Misalnya:

  • Kita bisa menghindari penggunaan sedotan atau menggantinya dengan sedotan yang bisa dipakai ulang, yang terbuat dari stainless steel atau bamboo.
  • Gelas minuman. Waah ini banyak sekali dipakai kalau kita membeli minuman ringan, jus atau kopi. Saya biasanya membawa gelas khusus atau pakai botol kosong yang saya bawa kemana-mana.
  • Sendok plastik. Ini juga sering kita dapatkan kalau membeli makanan take away. Menghindarinya gampang, tinggal membawa sendok sendiri.
  • Wadah makanan plastik, mika, Styrofoam. Aduuh pakai Styrofoam itu menakutkan sodara-sodara, karena bumi nggak menerimanya. Dia tidak bisa terurai selamanya, jadi wajib dihindari. Solusinya, bawa wadah makanan sendiri untuk membeli makanan atau apapun.
  • Ini juga sumber pencemaran. Berapa banyak pospak yang dipakai oleh bayi hingga balita dalam setahun? Pasti jutaan deh. Alternatifnya adalah pakai klodi yang bisa dicuci dan dipakai ulang.
  • Pembalut wanita. Alternatifnya adalah menggunakan pembalut yang bisa dicuci dan dipakai ulang atau menggunakan moon cup.
  • Nah ini juga salah satu penghasil sampah terbanyak di rumah tangga. Dulu saya wajib pakai tissue, untuk membersihkan apapun. Sekarang, kami nggak pakai lagi dan ternyata bisa tuh hidup tanpa tissue. Solusinya adalah pakai lap yang bisa dicuci ulang.

 

  1. KOMPOSTING SAMPAH RUMAH TANGGA

Ternyata, sampah terbanyak yang dihasilkan di rumah berasal dari produk-produk organik. Ketika sampah organic ini bercampur dengan sampah lain di tempat sampah kita, bikin bau dan kotor. Jadinya kita nggak tahan ingin cepat-cepat buang.

Kalau kita nggak lagi membuang sampah organik ke tempat sampah, kita jadi nggak terlalu punya banyak sampah. Solusinya adalah melakukan composting.

Alternatif composting:

  • Menggunakan keranjang Takakura
  • Membuat biopori, ini saya lakukan di rumah. Info lengkapnya insyaallah di postingan selanjutnya yaa.

 

  1. MEMISAHKAN SAMPAH YANG BISA DI DAUR ULANG

Nah ini juga yang bisa bikin kita nggak perlu banyak-banyak buang sampah. Karena banyak produk-produk yang kita buang sebenarnya bisa di recycle atau upcycle. Kita bisa melakukannya sendiri bareng anak-anak untuk crafting, atau kita titip ke Bank Sampah atau Pemulung yang biasa mengumpulkan sampah untuk didaur ulang.

 

  1. MEMBUAT ECOBRICK

Ada sampah-sampah tertentu yang nggak bisa di daur ulang, seperti kemasan makanan ringan, mie instant, bungkusan paket dan lain-lain. Solusinya adalah dibuat ecobrick.

 

  1. MENGURANGI BELANJA PRODUK BERKEMASAN

Secara nggak langsung, kita jadi lebih berhemat juga karena nggak mau sembarangan jajan. Kita jadi pilih-pilih jajanan jangan sampai menghasilkan sampah.

 

  1. DARE TO SAY NO

Berani bilang “TIDAK” ketika diberi sampah (baca: produk yang menghasilkan sampah) perlu trik khusus, misalnya ketika belanja ke pasar, minta bungkusan dari koran bekas. Atau ketika membeli fastfood, sodorkan saja wadah makan kita. Sambil menolak benda-benda tersebut secara nggak langsung, kita juga sedang mengampanyekan Hidup Minim Sampah.

 

Nah, itu beberapa cara yang sudah saya lakukan bersama keluarga untuk mengurangi sampah. Tapi ternyata, melakukan semua ini nggak mudah juga. Kita harus konsisten dan komitmen. Adakalanya kita capek dan ribet melakukan semuanya. Memang, kita jadi ribet banget. Karena kalau mau melakukan perubahan yang baik, pasti ada perjuangannya kan.

Baca juga: Menjalani Hidup Minimalis yang berikatan dengan gaya hidup zero waste

 

Tantangan Melakukan Zero Waste dalam Keseharian

 

  1. Harus membawa kotak makan, botol minum dan tas belanja kemana-mana.
  1. Harus mau cuci-cuci lap karena kita menghindari membuang-buang tissue.

Kalau untuk meja dapur, saya biasa pakai plast chamois (lap mobil masih baru) yang gampang dicuci. Untuk lap yang lain saya memang menggunakan kain microfiber supaya mudah dicuci dan cepat hilang kotorannya.

  1. Susah mencari produk yang tanpa kemasan tapi tetap higienis.

Misalnya mau beli minyak, kalau kita beli yang bebas sampah yang beli minyak curah dan pakai wadah sendiri. Tapi saya belum berani, jadi masih pakai minyak kemasan.

  1. Belum semua mendukung saat kita ingin belanja pakai wadah sendiri.

Pengalaman saya jajan di resto fastfood, pelayannya terheran-heran karena saya menyodorkan wadah makan dan botol minum sendiri untuk penyajian makanan. Tapi saya bisa kok ternyata jajan minim sampah (nasinya tetap dibungkus kertas dan akhirnya dibuang ke tempat sampah).

  1. Belum banyak toko-toko yang menyediakan kebutuhan zero waster seperti di luar negeri sana. Ada beberapa teman sih yang buka bisnis ini, tapi lokasi masih jauh dari rumah. Sementara kalau kiriman packing barang, sampahnya akan banyak bangeet.

Yah jadi begitulah tentang zero waste lifestyle ini. Memang rasanya berat ya, tapi kalau kita melihat semakin sedikit sampah rumah tangga yang kita hasilkan, ternyata membuat hati bahagia lho. Ya, buat saya bahagia itu sederhana. Hidup minim sampah salah satunya.

Bagaimana menurut pendapat teman-teman? Menarik untuk dilakukan? Saya tunggu responnya ya.

 

 

Share:

16 Comments

  1. April 13, 2018 / 5:14 am

    Udah sering baca tentang zero waste. Ngikutin juga akun instagram mba astri yang pegiatnya. Tapi jujur buat bisa mulai susah ya huhu

    • Anne Adzkia
      April 13, 2018 / 5:20 am

      Mulainya satu-satu mbak. Misal dari mengurangi plastik untuk belanja. Nanti kalau sudah konsisten, bisa ditambah dengan mengurangi sedotan. Lanjut dengan mengurangi pakai wadah sekali pakai untuk minuman, baru kemudian untuk makanan juga….dan seterusnya. Semangat mbak…kalau niatnya kuat insyaallah bisa

  2. April 13, 2018 / 8:18 am

    duh paham dan tahu namun susahnya melakukannya, thanks for reminding again mbak

    • Anne Adzkia
      April 13, 2018 / 8:19 am

      Iya mbaak, jatuh benjol memang menjalaninya. Pelan-pelan aja, dari yg paling mudah spt belanja pke kantong sendiri atau stop pakai sedotan plastik.

  3. April 13, 2018 / 9:04 am

    Harus benar-benar berkomitmen ya mbak zero waste ini. Kalau aku di kantor sedia lap tangan sendiri sih biar nggak pakai tisu. Sama kalau belanja sebisa mungkin nolak kantongan. Tapi kalau belinya ikan ya mau nggak mau pakai plastik.

    • Anne Adzkia
      April 13, 2018 / 9:05 am

      Aku beli ikan atau daging2an pakai wadah sendiri, jd bisa menghindari plastik. Ke supermarket jg bawa wadah 🙂

  4. Efi fe
    April 13, 2018 / 9:40 am

    Metode kompostingnyaaa dibanyakin teh..
    Lanjutkaaann….

    • Anne Adzkia
      April 13, 2018 / 11:35 am

      Hihi masih belajar, dan di rmh hanya pakai biopori. Insyaallah nanti dibikin postingannya

  5. Ruri
    April 13, 2018 / 5:32 pm

    Iya mba..susaah benerr..blanja bulanan masih tetep yg berkemasan,suami suka nya kopi yg instant sachet itu,dll
    Pernah beli gorengan bawa wadah sendiri dibilang aneh sama yg dagang..saya ketawa aja sambil bilang “iya Bu saya emang aneh”,.hehe

    • Anne Adzkia
      April 13, 2018 / 5:39 pm

      Semangat mbaa. Saya suka bilang “mengurangi sampah Mas”. Si mas-nya angguk2 (semoga tanda setuju ;p)

  6. April 17, 2018 / 6:05 am

    Inspiratif sekali mbaa, salam kenal ya. Sebenarnya saya sudah mulai memikirkan sampah2 ini, terutama plastik kresek. Kok tiap kali belanja kreseknya banyak amit ya? Haha walaupun dh bawa keranjanh sendiri tapi tiap beli ikan atau daging pasti dikasih plastik lagi. Kalau sayur udh bs langsunh masuk keranjang sih.

    Baiklah mb..langkah berikutnya kalau kepasar beli daging or ikan q bawa tempat sendiri aja yak trus usaha pakai kain lap kurangin tissue. Thanks for sharing mba! Seneng banget bs dapat pencerahan pagi ini 😘😘

  7. April 19, 2018 / 9:19 am

    kebayang beratnya mbaaaak, tapi emang harus dimulai segera ya..

  8. Odilia Teresa
    April 19, 2019 / 8:34 pm

    Mbak, untuk eco brick, apakah kemasan harus dicuci dan keringkan dulu? Kalau jajan snack anak, atau sambal sachetan, keca dll, msh suka ada sisa yang lengket di kemasan. Perlukah dicuci dulu? Makasih atas penjelasannya.

    • Anne Adzkia
      April 19, 2019 / 8:36 pm

      Iya mba, kalo kami di rmh, plastik kemasan dicuci dulu, trus dijemur.
      Sblm masuk ke dalam botol, dipotong kecil2 spy bisa dipadatkan

  9. January 17, 2020 / 2:52 pm

    haii.. Mba Anne, salam #zerowate dari newbie hehehhe..
    akupun lagi belajar mba, sebenernya udah mulai bbrp waktu lalu tapinya masih on off, mulainya sih mudah tapi yang susah itu komitmen nya ya ternyata, kadang tergiur oleh kenikmatan instan heheh..

  10. lilis
    February 12, 2020 / 10:58 am

    Inspiratif sekali… saya boleh share ini ke teman2 ya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *