
Salah satu metode belajar dalam homeschooling keluarga kami adalah travelschooling. Ya, saat ini kami banyak melakukan perjalanan dan di dalamnya anak-anak mengalami proses belajar. Baik secara langsung, maupun tidak langsung.
Seperti yang pernah saya ceritakan dalam tulisan “Apa Itu Travelschooling?”, bahwa dalam setiap perjalanan sejatinya memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar. Seperti saat menemani saya berkunjung ke rumah teman, mereka saya siapkan sedemikian rupa sebelumnya. Salah satunya adalah persiapan adab. Saat berkunjung, mereka seperti sedang menjalani tes untuk kemudian dievaluasi. Secara tidak langsung, anak-anak belajar praktik adab bertamu di sini.
Saat liburan pun, sebenarnya anak-anak belajar. Tanpa disadari, saya dan suami menanamkan banyak hal untuk mereka pelajari dalam setiap liburan. Sehingga liburan pun namanya tetap travelschooling, perjalanan belajar.
Salah satunya travelschooling sambil liburan adalah ketika kami mengunjungi Gunung Bromo tahun lalu dan Dieng beberapa bulan lalu.
Kunjungan kami ke Bromo saat itu memang untuk tujuan berlibur. Namun, agar liburan ini menjadi momen belajar, kami mencoba liburan ala backpacker. Perjalanan ini dilakukan tanpa rencana detil atau itinerary, tanpa memesan hotel, tanpa merencanakan moda transportasi dan tanpa batasan waktu. Perjalanan ini kami beri nama “Zero Complain Backpacking”, yaitu sebuah perjalanan ala backpacker tanpa keluhan.
Anak-anak diajak untuk naik transportasi umum kelas ekonomi mulai dari kereta, bus, angkot dan elfnya, makan di mana saja saat kami lapar, tidur di mana saat kami butuh tidur dan berangkat kapan saja saat kami harus bergerak. Di awal, memang sempat khawatir anak-anak akan mengeluh, protes, marah atau minimal memasang wajah cemberut. Ternyata kekhawatiran saya tidak terbukti. Anak-anak berhasil menjalankan proses travelschoolingnya dengan baik.
Di Bromo, kami tidak hanya berkeliling dan melihat suguhan pemandangan alam yang indah. Namun juga belajar tentang kearifan lokal dan budaya masyarakat Suku Tengger. Ini sangat menarik dan menambah wawasan mereka.

Pernah juga kami melakukan perjalanan travelschooling dengan mobil, berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain. Mencoba perjalanan penuh spontanitas. Dan kami menemukan banyak sekali keseruan, meskipun tidak selalu berada dalam kondisi nyaman. Karena di dalamnya banyak momen dimana kami harus berdamai dengan kondisi yang tidak enak.
Tapi inilah esensi sebuah perjalanan. Merasakan setiap jengkal kisahnya. Karena traveling sejatinya adalah proses perjalanannya, bukan destinasi yang dicapai.
Persiapan Sebelum Travelschooling
Tentu saja, kami tidak begitu saja berangkat tanpa persiapan panjang. Sebelum memulai perjalanan, saya dan suami biasanya mengomunikasikan segala sesuatunya, kondisi yang mungkin dialami, hal baik dan buruk yang mungkin terjadi, dan apa saja yang akan kami butuhkan. Jadi persiapannya mencakup persiapan fisik dan psikis.
Membawa anak dalam sebuah perjalanan sudah pasti perlu persiapan yang lebih banyak daripada saat kita pergi sendiri. Barang bawaan juga akan lebih banyak, karena perlu mengantisipasi banyak hal.
Proses persiapan bisa menjadi momen belajar juga. Untuk perlengkapan, anak-anak sudah diharuskan packing barang-barangnya sendiri. Minimal untuk menyiapkan perlengkapan pribadi mereka masing-masing. Sisanya saya dan suami yang menyiapkan.
Untuk saya, dalam menyiapkan kebutuhan selama perjalanan saya harus memikirkan berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi, hingga hal terburuk sekalipun. Meskipun siapa sih yang ingin mengalami hal buruk. Iya kan? Tapi kita tidak bisa menebak takdir. Yang bisa kami lakukan hanyalah mempersiapkan segalanya dengan baik.
Salah satu kemungkinan terburuk yang selalu dipikirkan sejak awal adalah ketika kami mendapati salah satu dari kami sakit dalam perjalanan. Jadi anak-anak dibekali pengetahuan tentang pertolongan pertama, bagaimana meminta pertolongan, nomor telepon darurat dan skala prioritas. Serem sih ya kalau membahas ini. Tapi memang penting.

liburan ceria Dieng Plateau
Perlengkapan Yang Wajib Dibawa Saat Travelschooling
Di sini saya tidak akan menguraikan perlengkapan yang sifatnya pribadi seperi baju, sepatu, perlengkapan ibadah, perlengkapan mandi dan sejenisnya. Karena ini sifatnya umum dan individual. Pun, kalau kekurangan kita masih bisa membelinya.
Ada beberapa hal yang wajib kami persiapkan sebelum berangkat, dan sebisa mungkin tidak boleh kelupaan.
- Senter atau headlamp. Ini sangat penting jika saat malam hari listrik padam dan kita belum mengenali sekitar.
- Sapu tangan atau scarf. Banyak sekali kegunaan scarf. Bisa untuk tutup kepala, lap wajah atau tangan, pembebat luka, penutup hidung saat ada asap, pembungkus, kompres, sajadah atau yang lainnya.
- Obat-obatan pribadi. Kalau kita punya masalah kesehatan yang sifatnya kronis, tentu obat-obatan tidak boleh ketinggalan.
- First aid kit atau P3K. Isinya cukup banyak. Kotak P3K saya isinya plester luka, antiseptik luka, cairan pembersih luka, sufratule (kasa antiseptik untuk luka terbuka), minyak gosok/kayu putih, kassa steril, plester gulung, tampon luka, salep gigitan serangga, obat antigatal, tablet parasetamol dewasa, TEMPRA, tetes mata.
- Jas hujan. Meski bukan musim hujan, jas hujan kecil biasanya tetap kami bawa.
- plast chamois atau K*n*b*. Hehehe, ini merk ya. Maksudnya sih lap-lap berdaya serap tinggi yang biasa dipake untuk lap mobil itu lho. Seringnya ini dipakai untuk handuk, karena lebih praktis, bisa dilipat dalam kondisi lembab dan mudah dibersihkan.
- Wadah makan dan sendok. Ini kadang masih terlupa sih. Tapi sebisa mungkin kami siapkan untuk mengurangi penggunaan bungkus makanan bahan plastik dan styrofoam.
Kira-kira ini poin-poin penting yang bisa saya ingat untuk disiapkan sebelum melakukan perjalanan, terutama liburan atau traveling jarak jauh.
Sedangkan untuk anak-anak, saya meminta mereka untuk menyiapkan beberapa berikut:
- Pikiran terbuka
- Hati gembira
- Benda-benda pengusir kebosanan, seperti buku, kertas dan pensil, kartu atau gadget. Untuk gadget, anak-anak seringnya memakai punya saya atau suami sih.
- Benda-benda yang penting untuk mendukung kegiatan mereka, seperti kamera, notebook atau peta.
Kalau semua sudah oke, artinya kami siap berangkaaat.
Tantangan Dalam Perjalanan Travelschooling
Perjalanan kami sebetulnya belum banyak dan medan yang ditempuh belum cukup beragam. Untuk saat ini, karena kami baru memulai sebagai keluarga travelschooler, jenis perjalanan yang dilakukan masih berhubungan dengan kegiatan keseharian dan liburan yang minim tantangan.
Kami beberapa kali melakukan camping, trekking, hiking dan roadtrip. Namun sejauh ini medan yang ditempuh masih tingkat pemula. Saya belum berani mengajak anak-anak naik gunung. Karena sayanya saja belum siap untuk naik gunung.
Perjalanan kami masih di lokasi ramai. Meskipun tidak selalu di tengah kota, tapi belum pernah sampai harus menginap di daerah pedalaman. Sewaktu tinggal di Australia kami pernah punya pengalaman nyaris tersesat di belantara outback Australia. Dimana sejauh mata memandang yang kami lihat hanya hutan semak belukar yang luas. Tidak ada kehidupan kecuali sekawanan hewan-hewan liar. Tidak berpapasan dengan kendaraan lain. Kami bahkan sempat menabrak seekor Emu liar hingga darah dan isi perutnya terburai di bumper mobil.

liburan ceria di Harbour Bridge, Sydney
Tantangan lain yang pernah dialami dalam perjalanan liburan adalah anak sakit. Aduh, ini benar-benar merusak hampir semua rencana perjalanan. Ini terjadi beberapa tahun yang lalu saat kami liburan ke Bali, ketika anak kedua saya usianya baru 5 tahun. Di hari kedua perjalanan, badannya demam. Dia tidak mau makan dan panasnya mencapai 39 derajat.
Sudah pasti semua khawatir, inginnya buru-buru pulang. Tapi tiket pesawat kami masih esok lusanya. Akhirnya perjalanan liburan tetap dilanjutkan dengan beberapa perubahan rencana. Kami terpaksa menunda kunjungan ke tempat-tempat yang jauh.

hari pertama liburan di Bali, Kayyisha masih sehat dan ceria

di hari kedua, badannya demam dan tidak ceria lagi
Saat itu saya berusaha tidak panik dan tetap beraktifitas normal. Untuk menangani demam tinggi anak, saya melakukan beberapa hal di bawah ini:
- Beri anak banyak cairan, terutama air putih. Sesekali boleh diberi tambahan susu dan jus buah.
- Balur tubuh anak dengan minyak penghangat tubuh seperti minyak kayu putih atau minyak telon.
- Memakai pakaian longgar dan tipis. Jangan gunakan jaket atau selimut tebal. Tujuannya supaya panas di dalam tubuh mudah keluar.
- Atur suhu ruangan/mobil agar tidak terlalu dingin atau lembab, yang penting anak merasa nyaman.
- Banyak dipeluk, karena skin to skin contact banyak membantu proses penurunan demam.
- Minum obat penurun panas. Kalau suhu anak bertahan lebih dari 6 jam, saya biasanya mulai menggunakan obat penurun panas pilihan. Yang cocok dengan anak saya adalah TEMPRA. Selain mudah didapat, tempra juga harganya terjangkau. Makanya, TEMPRA ini tidak hanya ada di kotak P3K saya, tapi juga di dashboard mobil.
- Mengurangi aktifitas fisik, supaya anak mendapat istirahat cukup.
- Tetap lakukan hal-hal menyenangkan supaya anak tidak merasa bosan. Misalnya dibacakan cerita, mendengar musik lembut atau lantunan Al Qur’an dan bermain permainan sederhana sembari dalam perjalanan.
Nah, delapan hal ini tetap bisa dilakukan jika anak kita sakit ketika dalam perjalanan.
Pada Kondisi Apa Anak-anak Butuh Tempra?
Teman-teman semua pasti sudah tahu bahwa zat utama yang dikandung TEMPRA adalah Parasetamol. Parasetamol berfungsi sebagai obat analgetik antipiretik, yang artinya pengurang rasa nyeri dan penurun panas.
Seperti fungsinya, saya menggunakan TEMPRA sebagai obat pilihan ketika anak membutuhkan obat pengurang rasa nyeri dan penurun demam dalam kondisi tumbuh gigi,pasca imunisasi, demam karena flu, kolik, demam karena common cold, dan sebagainya.
TEMPRA memang menjadi andalan keluarga karena cepat menurunkan demam. Iya, daya kerja TEMPRA memang cepat menurunkan suhu tubuh anak di pusat panasnya tanpa mengiritasi lambung anak-anak. Terutama ketika dalam perjalanan, demamnya bisa cepat turun dalam waktu setengah jam saja. Jadi anak yang tadinya lemah dan lesu, bisa langsung berkeringat dan ceria kembali.
Kalau demamnya muncul lagi, saya memberikannya kembali dalam durasi 6-8 jam. Jangan lupa untuk tetap memberi banyak cairan dan memeluk tubuh anak. Belaian kasih sayang orangtua salah satu sumber energi positif utama untuk kesembuhan anak kita lho.
Namanya anak-anak, kalau terlalu capek berkegiatan gampang sekali demam. Demam model seperti ini umumnya didiagnosa oleh dokter sebagai common cold. Nah, andalan saya juga TEMPRA.

selalu sedia Tempra di dashboard mobil, di wadah obat di rumah dan di kotak P3K
Berikut aturan singkat dosis TEMPRA yang bisa teman-teman gunakan:
Umur Dosis
Dibawah 2 tahun Sesuai petunjuk dokter/gunakan Tempra Drops
2 – 3 tahun 5 ml
4 – 5 tahun 7.5 ml
6 – 8 tahun 10 ml atau gunakan Tempra Forte
Jadi hingga saat ini TEMPRA menjadi perlengkapan wajib yang harus saya bawa dalam aktifitas travelschooling anak baik dalam jarak dekat maupun jauh. Saya selalu menaruhnya di dashboard mobil, sebagai penolong pertama saat anak mengalami nyeri atau demam.
**Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Taisho.**
Yang diperlukan saat travel dengan spontan adalah kesiapan mental. Untuk bersedia mengambil keputusan dengan cepat dan menjalani keputusannya dengan riang gembira ????
Betul, kesiapan untuk menghadapi risiko selama perjalanan ya
Inspiring… thanks buat tulisannya ya anne ????
Tengkiu Buuuul. Lop lop lop
Tulisannya tetep keren as usual 🙂
Jariiik bisa buat gendong kalau si bungsu ngantuk, kalau dapet tempat nginep yang …….. Bisa srett digelar jadi penutup sprei dan bantal, kalau camping apa lagi, andalan banget 🙂
Kalau pas bawa mobil bisa buat selimutan atau nutupun jendela pas panas 🙂 *kenapa jadi mirip iklan? Pokoknya jarik kereen lah :p
Btw yg dibawah ituuu yang ada cara pemakaiannya juga andalan buat diselipin di “dompet P3k”
Wah iya betul, kami sempet tuh nemu penginapan yang uhuy dan bikin ihiy. Catatan buat traveling berikutnya harus bawa jarik meski gak sama bayi 😀
Wow.. Liburan tanpa itinerary, plus bawa anak2 pula? Hebaat.. salut abis. Boleh jg tuh dicoba … adventure timee!!????????
Kan kalian traveler hardcore jugaaaa
Aku juga bawa2 tempra kalo bepergian jauh, secara yaa, anak2 kan bisa tiba2 aja sakit.
Terimakasih buat tulisan tjakepnya Bu Anne
Apalagi punya baby ya, wajib tuh ada tempra di tas ya.
Kesiapan mental,kyknya nomer wahid itu yg musti disiapin…krn ketahanan anak2 berbeda sm org dewasa,scr fisik dan psikis…terutama saat lelah brganti2 angkutan kendaraan dan saat mengantuk, daaan saat hrs menerapkan adab di tempat yang berbeda2. So Inspiring jeung…4 jempol untuk tulisannya ????????
Wah iya bener. Kadang gak hanya anak-anak, ortu juga harus siap mental kalau mau perjalanan. Salah satunya siap mental menghadapi kehebohan anak-anak, hehehe.
Baru denger soal travelschooling ini. Obat2an mang kayaknya wajib bawa kl jalan ke mana pun. Makasih tips persiapan travelschooling nya mbak.
Iyaaa, apalagi sama anak-anak yang lebih rentan nih. Buat jaga-jaga aja.
Waahh, menginspirasi sekali kak anne tulisannya. Kami baru mencoba travel schooling, tips2nya bisa jadi referensi kami. Makasih kakak annee.. 🙂
Yuk kapan kita travelschooling bareng lagii. Ternyata jalan bareng itu seru ya, Nunii. Nagih
Bagus banget nee, inspiring…traveling sekaligus belajar ????????????
Biar jalan-jalannya bermanfaat gitu deh Maar.
Ceritanya bagus.. penuh inspirasi????..
Jd pengen jalan2 deh????????
Hayu atuh, diawali dengan jalan-jalan ke Tangerang duluu 😀
Travelschooling menjadi impian keluarga saya juga, kak Anne. Karena travelling adalah sesuatu yang kita beli tapi membuat kita tambah kaya. Terima kasih untuk tips2nya, ya kak ????????????
Aamiin, semoga kapan-kapan kita bisa traveling bareng lagi. Camping yuk, camping 🙂
Travelschooling ini salah satu yang kukagumi banget dari dirimu Anne. Keren dah konsepnya dan minum air juga salah satu kunci yang selalu kupegang waktu jalan. Jangan sampe dehidrasi karena parah akibatnya. Bisa panas! beneran deh. Oiya, tempra emang selalu disarankan sama dokter ya buat turunin panas. Jadi siap di segala kondisi emang!
Bener banget Dan, air putih itu obat alami. Rehidrasi saat perjalanan penting banget deh pokoknya. Tengkiu yaa apresiasinya.
Keren tulisannya Anne, pernah punya pengalaman juga anak demam pas traveling, jd termometer juga harus bawa ya biar kalo ada yang demam ngukur suhunya ngga pake perasaan hehe..Nuhun tulisannya..super..keep inspiring ya say :*
Oyaa, noted termometer ya. Sekarang suka lupa sejak anak-anak mulai gede. Tetep perlu ya. Trims masukannya Chie
Minum banyak air putih pas liburan penting banget. Kadang suka lupa krn asyik main atau males krn belum tentu ketemu toilet bersih.
Anak kami pernah demam tinggi saat ke pulau terpencil krn asyik main lupa minum. Tempra memang obat yg selalu kami bawa dlm perjalanan. Sampai sekarang bekelnya masih tempra forte walaupun udh 12th krn ngak bisa nelen tablet 😉 Tempra ada yg chewable gak ya?
O…iya satu lagi yg jgn lupa bawa obat diare & maag. Kadang nyicip makanan yg baru di perjalanan bisa bikin kembung & bahkan diare. Soalnya pernah juga kejadian sama anak kami.
Nah, ada masukan lagi nih: obat maag dan obat diare. Noted. Makasih Shanty <3
Inspiring ne.. gw selama ini mrs.well-prepared kalo traveling, tp kyknya hrs coba jg traveling spontan atau backpacker, supaya anak2 belajar siap menerima kondisi apapun yg mereka temui, dan siap dgn solusinya. Seperti jg hidup, nantinya mereka pasti akan menemui hal2 yg tdk mengenakkan dlm hidup, dan mereka hrs siap mental & siap dgn solusi. Traveling spontan atau backpacker bisa jd ajang melatih mereka.
Ini yang bikin gw gak terlalu organised lagi Maaaa. Beneran, lu kudu coba juga nanti kalo baby udah mulai gede yaa.
Nice share ne..
Dulu paling males ngajak bocah jalan jauh, tp setelah pernah jkt-cirebon (doang) 10jam diperjalanan.. dan bali-sby (doang) 15jam … kemana juga hayuu laah 🙂
Lain prepare tempra wajib buat anakecils, buat yg gedenya juga wajib nyimpen ditas, terakhir ke Bromo, #3nakecils alhamdulillah sehat walau pd ngantuk, eeh yg gede2 nya malah yg teler 😀 😀
Iya buat anak gede juga harus bawa persiapan Dhe
Salah satu cara paling enak buat belajar dan memperluas sudut pandang anak-anak memang adalah dengan berkelana. Semoga kita semua diberikan kesehatan dan rezeki yang berkah melimpah supaya bisa mengajak anak-anak berkelana ke penjuru dunia ❤️❤️❤️
Mari kita kemon, Ne ????
Aaah aamiin, semoga diberi rezeki dan umur utk sempat keliling dunia ya Laa. Mariii kita bikin rencana. Yuk yuk yuk
Tulisannya cakep dan sangat menginspirasi sekali mbak Anne. Semoga suatu hari bisa mengikuti jejaknya menjadi travelschooling 🙂
Aamiin Nur. Insya Allah bisa kok. Yuk barengan aja biar seru n ramee
Menginspirasi sekaliii… anneee…
Siap dg bekal dan tetap bisa berkegiatan dan mengambil berbagai pelajaran dalam keadaan apapun..
Makasih Astriii…masih belajar sih utk berdamai dgn segala kondisi ini
Andalanku adalah kain pantai. Jadi selimut, bantal, baju ganti, handuk, alas, tutup kepala , lap….. You name it.
Keren anne. Petunjuk lengkapnyah.
Eh bener nih, selimut (kain pantai) ini multiguna. Aku juga mau mulai masukkan dalam list deh.
Ga kebayang sblumnya ngajak anak liburan model gitu tp jd menginspirasi minimal nnti saat anakku udh gede hehe….keren ne????
Iya, minimal udah bisa ngomong saat kondisi badannya nggak enak
Kalo untuk aku minyak-minyakan itu perlu banget. Kalau dulu cukup dengan minyak tawon tutup putih dan minyak kayu putih. Sekarang ditambah minyak kutus-kutus.
Naah bener, kutus-kutus atau varash sekarang andalan baru ya, Vici
Wow seru banget travellingnya bu Anne, perlu dicoba nih ut keluarga besar saya (4 anak sdh termasuk keluarga besar blm ya…????). Oiya saya jg sering menyiapkan tempra dn termometer kl sdg traveling.
Sudah termasuk besar itu bu Mariyaam. Hehehe. Seru ya pastinya
Belum kesampaian juga ajak anak2 buat backpackeran atau camping..banyak ketakutannya..takut repotlah, takut anak2 kecapean dan rewel, takut sakitlah..
Tulisan Anne jd sgt mengispirasi…next travel mau coba backpacker sm anak2 ah..
Thank you 🙂
Yuk dicoba Cha. Anak2 pasti seneng deh
Mba Anne, aku suka sekali cara “mendidik” anaknya Mba. Fun, jadi temen, sambil mereka merasakan berbagai hal di luar zona nyaman pula. Kereen. Tp emang klo sama anak2 musti siap sedia obat2an kayak tempra ini ya Mba supaya mereka tetap ceria 😀
Masih jatuh bangun, Nia. Banyak ujian kesabaran juga, hihi
Mba Anne, terimakasih tipsnya. Jadi jalan-jalan enggak cuma senang-senang aja ya, bisa untuk mengedukasi juga ^^
Sama-sama mbak. Iya, supaya travelingnya mendapat manfaat juga
Waktu papaku masih kerja kita biasa liburan setahun sekali. Liburan kita sebut ala koboy, alias cuma tau tujuannya tapi tanpa booking dulu.
Dan banyak pelajaran yang bisa kuambil dari perjalanan keluarga itu. Sekarang udah pensiun dan anak-anak udah pada kerja jadi susah mau liburan panjang hehehe.
Kalo masih muda-muda enak ya Lia. Seru banget. Tidur ngemper di bandara aja asyik.
mau doong diajak Travelschooling sama tante Anne, hehe..
Seru bgt ya mbak, apalagi menggunakan transportasi umum, sensasinya mmg beda.
Aku setuju persiapannya mmg hrs matang termasuk bawa P3K dan Tempra
Yuuuk. Bawain gembolannya tapi ya, qiqiqqii
Mendidik anak buat mandiri dengan cara liburan……salut buat anne
Sambil menyelam minum air, Chi
seru banget travelschooling nya, jd pengen jalan2 juga 😀
Yuk cari tiket promo yuk 😉
Iiihhh… Asyiknyaaa… Setuju bgt Anne.. Kalo traveling bareng anak2 obat2 an ga boleh ketinggalan..
Kapan jadwal traveling ke yogya? Ditunggu yaaa…
Belum lama ini ke Yogya, Lus. Tapi mampir cari sate klathak aja, hihi. Gak nginep.
Artikelmu informatif banget Ne. Kebetulan aku banyak ditanya soal ini: bagaimana dan apa yang harus dipersiapkan untuk traveling bareng anak?
Dan aku bingung dong jawabnya. Secara masih single. #eeaaa #sekalianpromo
Makasih sudah berpanjang lebar berbagi ne. Artikel ini aku jadiin acuan kalau ada yang nanya lagi ya.
Tengkiu udah reshare ya. Jadi…mana biodatamu Bart. Kali ada yang butuh #eaaaaa
Super keren deh Anne tulisannya….
Thanks ya for sharing pengalaman ini…
Sangat berguna pastinyaaa..
Kiss kiss
Aaah malu kalo Lia yg baca. Tau dapurnyaaa ;D
sebenarnya Bromo itu lumayan dekat dengan tempatku, tapi aku belum pernah kesana hihihi… seru ya, mengajak anak-anak ke alam…anakku juga suka…
Waah Bromo itu tempat yg wajib dikunjungi. Ayooo kesanaaa
Ulasannya lengkap banget, perlu dicatat nih di notes dan saya bookmark ya teh. hehehehe
Seru banget perjalanan travelschoolingnya. Makasih sharingnya teh Anne. 🙂
Sama-samaaa. Makasih udah mampir yaa
Saya jarang banget bawa peralatan makan sendiri. Biasanya melipir cari tempat makan trus makan di tempat hihihi
Biasanya wadah makan terpakai kalau kita kepingin bungkus-bungkus
ini juga traveler keren yang memaknai setiap perjalanan bagi generasi penerusnya, suka deh sama traveling mbak anne yang sekalian ngajarin anak2 buat belajar, jaid gak cuma dapet jalan2nya doang
Thank you ya Ev. Pgn euy jadi traveler beneran, hehehe
Benar2 menarik sharing ttg travelschooling,ingin segera camping lg sama anak2..
Waah saya juga kangen camping niih
Seru banget traveling sambil belajar..kereen tulisannya ne.. sangat menginspirasi. ????
Tengkiuuuu<3
Travelschooling…Kereeennn…jadi pengen segera mempraktekkan nya sama anak2…
Dirimu kan sering traveling tuh, bisa banget praktikkin
A useful information.. Jazakillah khair.. ????
Sami-sami, waiyyaka San
Bawa wadah makanan inget…sendok lupa. Itu aku banget heuheu
Masih bisa pake tangan + jari-jari kaan 😉
yang paling diinget memang bawa obat… Ini notes buat diri sendiri kl misalnya bawa ponakan jalan2
Betul. Bawa anak kecil nggak bisa diprediksi, jd harus bawa amunisi khusus ya.
Bawa cemilan favorit jangan lupa. Hehe.
Biasanya kan suka mahal ya kalau beli di tempat-tempat wisata.
Kadang ya mahal, kadang ya suka ga ada barangnya, kadang ya ga bersih. 😛
Terima kasih buat notes perjalanannya. 😀
Iya betul
Mba, Tips nya aku bookmark. Hal2 ini suka terlewatkan dan dianggap sepele hehehe
TFS ya Mba 🙂
Iya Teh, seringkali kita fokus di hal2 lain yang kurang penting dan lupa yang sangat penting.
Keren deh HS. Ada travelschooling segala. Pengen bisa gitu juga. Tapi, kayaknya gak bakalan sanggup saya mah. Da jelas ya, travelschooling itu selalu harus bawa obat-obatan anak. Cuaca dan kondisi anak kadang gak bisa diprediksi. Apalagi demam, anak-anak mah gampang bangey kena. Tapi gak perlu khawatir kalo obatnya bagus. Sekali dua kali minum pasti sembuh.
suka was-was sama yang namanay demam kalau traveling ya. Ceritain dong ttg suku Tengger aku mau baca
Aku lagi nulis nih, Lidya. Semoga tuntas ya ;D
ya ampun lgs direply , barusan nulis komen error aku cek malah udah direply
Komennya masuk kok
sejak punya anak, kalau liburan bawaan memang jdi lebih banyak ya mbak. terutama kotak p3K, keliatannya sepele padahal penting banget apalagi pas liburan ke pedalaman yang jauh dari kota. Kalau saya selalu sedia, minyak kayu putih atau telon, handiplast, madu, sama sanmol untuk persiapan.
Wah baru tahu ada istilah travelschooling. Bagus juga ya konsepnya mba 😉
Oh kalo panas demam malah pake baju tipis yaaaa, kalo gw liat banyak yang jaketan kalo sakit hehehe
Baru denger soal travelschooling ini. Obat2an memang sangat wajib di bawa kelurgal jalan ke mana pun. Makasih tips persiapan travelschooling nya mbak.