Namaku Loui(sa)

Namaku Loui(sa)

Ambiguous genitalia

Ambiguous genitalia merupakan sebuah kelainan kongenital (bawaan lahir) dimana alat kelamin luar bayi tidak mencirikan kelamin laki-laki maupun perempuan secara spesifik. Kelainan ini bisa disebut juga sebagai ambigu.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia Online, ambigu /am.bi.gu/ adalah [a] bermakna lebih dr satu (sehingga kadang-kadang menimbulkan keraguan, kekaburan, ketidakjelasan, dsb); bermakna ganda; taksa.

Kenapa bisa terjadi kelainan ini? Yang pasti karena sifatnya kongenital, berarti penyebab kelainan terjadi saat bayi ada di dalam kandungan. Yaitu karena adanya gangguan pertumbuhan saat pembentukan organ kelamin pada fase konsepsi, yang dipengaruhi oleh kromosom X dan Y yang diwariskan oleh orang tuanya.

Dalam kondisi normal, organ kelamin laki-laki terjadi jika bayi mewarisi kromosom X dari ibunya dan kromosom Y dari ayahnya. Sedangkan organ kelamin perempuan terjadi saat kromosom X dari ibunya bertemu dengan kromosom X dari ayahnya. Sifat yang diwariskan oleh masing-masing kromosom ini yang membentuk identitas bayi apakah menjadi laki-laki atau perempuan.

Pada kasus ambiguitas, terjadi gangguan pada fase ini sehingga bentuk dan fungsi organ kelamin luar dan dalam tidak sesuai.

Secara medis, penyebabnya diduga karena:
– Defisiensi atau kekurangan hormon kelaki-lakian pada janin laki-laki, atau janin perempuan yang terekspos hormon kelaki-lakian.
– Mutasi sejumlah gen.
– Abormalitas kromosom, seperti kehilangan atau kelebihan salah satu hormon seksual.
– Di beberapa kasus, penyebabnya tidak diketahui.

Pada umumnya, kondisi ambigu tidak mengancam kehidupan seperti sebuah penyakit. Namun penderitanya dapat mengalami masalah sosial.

Sepertinya, keadaan inilah yang menginspirasi Adya Pramudita untuk menulis novel tentang kehidupan seorang penderita ambigu. Novel yang cantik dan informatif ini bisa saya lahap dengan cepat dan merangsang keingintahuan saya tentang kelainan bernama Ambiguous genitalia.

Namaku Loui(sa)

Wanita ini bernama Cassandra Louisa, seorang anak tunggal yang jago bermain biola. Dia mempunyai sahabat sejak masa kanak-kanak, Dimitri dan Jingga. Kedekatan mereka terus berlangsung hingga mereka memasuki usia dewasa, meski masing-masing tidak lagi beraktifitas di tempat yang sama.

Siapa yang bisa mencegah ketika ada cinta dalam persahabatan itu? Tidak ada, bukan? Begitu pula ketika Dimitri jatuh cinta pada Louisa. Bukan karena sungkan atau tak ingin merusak persahabatan, tapi Louisa tidak bisa memaksakan hatinya untuk mencintai Dimitri.

Pun, begitu Hans, seorang aktor terkenal berusaha mendekati Louisa, dia pertaruhkan karirnya demi menghindari Hans.

Lelah oleh tuntutan orang tua, terutama Mama, memaksa Louisa kabur dari rumah dan mencoba berdiri di atas kakinya sendiri. Berbekal bakat dan kemampuannya bermain biola, Louisa bisa menghidupi dirinya. Dia beruntung, punya sahabat yang setia.

Namun, gejolak dalam dirinya ternyata membuat semua cerita hidupnya berubah. Semakin lama, semakin terasa kalau dirinya saat itu bukanlah jati diri Louisa yang sesungguhnya. Dia lelah mengikuti keinginan orang tuanya untuk tampil sebagai wanita, sementara dia sama sekali tidak memiliki postur layaknya wanita normal. Dadanya rata, dan di usianya yang ke-22, Louisa sama sekali belum pernah haid.

Lalu, bagaimana dengan karir yang sedang dibangunnya sebagai Louisa sang violinist? Bagaimana mungkin dia tiba-tiba berubah wujud menjadi lelaki? Harus bagaimana menghadapi para lelaki yang pernah mencintainya? Yang paling berat adalah, bagaimana Louisa menghadapi mama dan keluarganya?

Kisah hidup Louisa dalam novel karya Adya Pramudita ini menarik untuk dibaca dalam sekejap saja. Saya tidak bisa menutup lembarannya sampai menemukan jawaban tentang sejumlah pertanyaan di kepala saya.

Beberapa typo yang cukup banyak tidak merusak keasyikan saya membaca. Mungkin ini masukan dari saya kepada penulis dan penyunting untuk lebih hati-hati dalam penulisan. Overall, novel ini keren sekali dan saya rekomendasikan untuk dibaca.

Judul: Namaku Loui(sa)

Penulis: Adya Pramudita

Penyunting: Sasa

Edisi: Cetakan I – Jakarta, 2015

Halaman: iv + 240

ISBN: 979-795-964-3

Share:

2 Comments

  1. raja blackwhite
    October 17, 2015 / 11:06 am

    Ideny menarik dan premis yg disuguhkan juga menarik

    • Anne Adzkia
      October 17, 2015 / 11:07 am

      Iya. Saya juga berpikir demikian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *