
Saya nggak ingat, kapan terakhir kali sukses menyelesaikan target Ramadhan pribadi. Kalau nggak salah, saya masih sanggup menyelesaikan target ketika masih di bangku kuliah dan sebelum menikah. Pasca menikah entah kenapa, semakin sulit untuk bisa konsentrasi pada target ibadah pribadi. Baik saat Ramadhan, apalagi di sebelas bulan lainnya.
Mengurus anak dan keluarga serta kesibukan pekerjaan seringkali menjadi alasan saya untuk mangkir dari target-target tersebut. Pun beberapa tahun belakangan, saya hampir nggak sungguh-sungguh memasang target. Karena merasa selalu gagal.
Seiring dengan perjalanan keluarga kami sebagai homeschooler dan slogan keluarga kami yang tumbuh bersama, maka saya dan keluarga kembali membuat target bersama. Meski nggak terlalu tinggi, yang penting kami sama-sama berusaha untuk memberikan yang terbaik sebisa kami. Anak-anak juga mulai belajar membuat target ibadah yang berbeda dari keseharian.
Target Ramadhan saya dan suami masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu tilawah Al Qur’an dan I’tikaf. Sedangkan anak-anak membuat target sesuai kemampuan dan harapan masing-masing.
Ya, urusan target ini memang kami serahkan kepada mereka, karena mereka sendiri yang bisa mengukur kesanggupan pribadinya. Jangan sampai mereka hanya ingin memenuhi keinginan orangtua dan terpaksa melakukannya.
Meski melihat dari kuantitas, saya tetap berusaha untuk fair. Bahwa mereka masih dalam tahap belajar. Dan ini kali pertama mereka membuat program dan targetnya masing-masing. Untuk itu, akhirnya saya mengutamakan melihat pada effort dan kesungguhan mereka berusaha. Meski ada bolong dan lupa. Serta lelah dan berat.
Target Ramadhan
Naufal sudah tahun ketiga menjalankan ibadah puasa secara full. Sebelumnya karena kami masih berada di Australia dan kami paham sekali betapa berat bagi seorang anak berusia 8 tahun untuk bertahan dari godaan berpuasa seorang diri seantero sekolahnya. Jadi kini di usianya yang ke-11 alhamdulillah sudah tiga kali tamat puasa tanpa batal.
Jadi puasa bukan lagi jadi tantangan besar buat dia, sehingga ini nggak dijadikan targetnya. Saya memberinya tantangan apakah dia sanggup menjalankan tarawih full selama sebulan. Dan dia menyanggupi. Tantangan tambahan yang diajukannya adalah berhasil menghafalkan 3 surah baru dalam Al Qur’an.
Hafalan ini masih dalam program rutin hariannya yaitu “One Day One Ayat” melanjutkan hafalannya yang sudah berjalan. Surah yang akan dihafalkan saya serahkan pada Naufal untuk memilih yang membuatnya enjoy.
Jadi, target Naufal dalam Ramadhan ini adalah melaksanakan shalat tarawih rutin sepanjang hari selama sebulan dan menyetorkan hafalan tiga surah baru di akhir Ramadhan.
Selanjutnya adalah Kayyisha.
Tahun ini merupakan tahun ketiganya juga belajar puasa. Dia belajar puasa tiga tahun lalu dalam tahapan-tahapan yang kurang lebih sama seperti anak-anak pada umumnya. Dimulai dari belajar sahur. Lalu belajar puasa hingga jam 10. Meningkat hingga jam 12 dan seterusnya. Disertai reward harian yang berupa amplop kejutan yang bisa dibukanya di penghujung hari kalau dia berhasil puasa hingga waktu Maghrib.
Tahun lalu, Kayyisha sudah berhasil puasa hingga adzan Maghrib selama beberapa kali. Kalau tidak salah separuh bulan Ramadhan. Sisanya, dia batal setengah atau tiga perempat hari.
Untuk tahun ini, tantangan yang dipilihnya adalah berhasil menjalankan puasa satu bulan penuh tanpa batal (kecuali karena alasan syar’i seperti sakit atau safar). Alhamdulillah Kayyisha menjalankannya dengan suka cita dan hampir nggak ada keluhan. Dia bangun sahur dengan penuh semangat dan berbuka dengan semangat yang lebih banyak lagi.

Berhasilkah Kami Menyelesaikan Target Ramadhan Ini?
Sekali lagi saya harus memohon banyak ampunan dari Allah karena lagi-lagi gagal menyelesaikan target yang saya tetapkan. Jumlah tilawah Al Qur’an saya kurang memenuhi target. Sebenarnya sejak awal saya merasa sangsi juga membuat target khatam lebih dari biasanya. Tapi saya ingin berusaha menantang diri sendiri, dan ternyata masih gagal. Namun, pada target I’tikaf kami berhasil menyelesaikan lebih dari ekspektasi. Alhamdulillah ‘ala kulli hal.
Suami saya berhasil memenuhi targetnya. Setelah sekian lamanya pula dia gagal. Kali ini semangat di keluarga kami memang lebih membara dari sebelumnya dan kami berusaha saling mengingatkan.
Bagaimana dengan anak-anak?
Tanpa diduga dan ini diluar ekspektasi saya, mereka berhasil menyelesaikan semua targetnya. Sungguh, ini seperti kado terindah buat kami, orangtua mereka. Terutama karena melihat bagaimana usaha mereka yang sungguh-sungguh.
Kami sekeluarga menjalankan sholat tarawih lebih sering berjamaah di rumah. Hanya di sepuluh hari terakhir kami menjalankannya di masjid sembari melakukan I’tikaf. Dalam rutinitas ini, adakalanya kami absen melakukannya secara berjamaah. Misalnya karena ada acara buka bersama, sehingga kami pulang kemalaman. Atau karena suami terlambat pulang dari kantor.
Naufal (dan Kayyisha) tampak berusaha konsisten. Saat suami absen, Naufal mengajak Kayyisha berjamaah shalat tarawih berdua. Saat Kayyisha absen pun (misalnya karena ketiduran), Naufal berusaha tetap shalat tarawih secara munfarid. Kalau kelelahan, saya lihat beberapa kali dia menyambungnya sebelum melakukan sahur.
Membaca Al Qur’an tidak dijadikan target Ramadhan, karena ini memang sudah jadi rutinitas harian yaitu tilawah ba’da shalat maghrib. Sedangkan mengenai hafalan Al Qur’annya, meski terseok-seok dia berusaha menghafal satu hari satu ayat (minimal), tanpa terlewat. Dan sebelum Ramadhan usai, alhamdulillah sudah ada 3 surah pendek yang bisa dia setorkan, yaitu surah Al Kafiruun, Al Zalzalah dan Al ‘Alaq.
Begitu juga dengan Kayyisha yang berhasil menyelesaikan target sederhananya, menamatkan puasa selama sebulan penuh. Meski kadang kehausan usai beraktiftas atau berat untuk membuka mata di saat sahur, alhamdulillah semua lancar tanpa drama.
Dan, di akhir Ramadhan mereka berdua bisa tersenyum lega dengan wajah bahagia karena berhasil memenuhi targetnya masing-masing.
Kenapa Perlu Ada Target Ramadhan?
Pertama, izinkan saya membuat disclaimer bahwa semoga tulisan ini tidak menjadikan kami riya. The bottom line of this post is, bahwa ini merupakan salah satu catatan perjalanan homeschooling kami dengan membuat sebuah target sederhana sesuai kemampuan selama Ramadhan. Sebagai pengingat kami kelak di Ramadhan berikutnya (semoga masih disambungkan usia) dan bahan evaluasi kami pribadi.
Kedua, apa tujuan membuat target? Kenapa tidak dijalankan secara natural saja?
Seperti pada hari lain, kami selalu membuat target-target kecil sebagai bahan evaluasi dan motivasi pribadi. Dengan membuat target, biasanya kami akan berusaha melewati tantangan dan menaklukkan diri sendiri dari rasa malas, sok sibuk, bosan dan sebagainya.
Dan usaha menaklukkan diri sendiri inilah yang paling berat. Apalagi di bulan Ramadhan, rasa kantuk, lapar dan haus serta lelah seringkali membuat kami mager dan cenderung menghindari banyak aktifitas fisik. Ya, kami memang membatasi banyak kegiatan outdoor selama sebulan dengan harapan kami bisa fokus ibadah saja.
Namun tetap saja, hawa nafsu manusia merupakan medan pertempuran yang sulit ditaklukkan. Ada saja dorongan untuk menunda dan akhirnya lewat waktunya dan di penghujung Ramadhan kami menyesal karena melewatkan kesempatan begitu saja.
Meski jatuh tesungkur, bangun dan terjatuh lagi, hawa nafsu ini harus ditaklukkan. Meski masih merasa gagal, kami bersyukur target ini ternyata adalah reminder. Pendorong semangat. Masih banyak bolong-bolong dan kekurangan terutama dari muatan ruhiyah dalam semua aktifitas ibadah ini. Dan insya Allah kami ingin memperbaikinya di sebelas bulan berikutnya.
Ramadhan kini telah berlalu. Meski berat, kami tetap bersuka cita menjalankan hari raya Idul Fitri. Berkumpul bersama keluarga besar dan kerabat. Anak-anak bahagia, karena mereka ternyata bisa menjalankan ibadah dengan bahagia bersama-sama dalam kondisi sehat. Alhamdulillah. [] Anne Adzkia
Selamat Idul Fitri Mbak Anne dan keluarga.
Mohon maaf lahir dan batin.
Menurut saya gak ada maksud riya. Justru menginspirasi saya untuk membuat target di tahun depan.
Semoga dipertemukan lagi dengan Ramadan tahun depan ya. Amien.
Mohon maaf lahir batin juga Lia <3
Salut Mbak Anne. Terimakasih sudah share ini. Bisa dijadikan masukan untuk yang lain. Kalo ngomongin saya. Ah sudahlah.
Mohon maaf lahir batin ya Mbak. Semoga dipertemukan lagi dengan Ramadan tahun depan…
Tengkiu Dan. Mohon maaf juga ya atas segala kekhilafan. Aamiin aamiin
Mbaaaak, mohon maaf juga yaaa. Tahun ini targetku berantakan, bahkan khatam sekali aja nggak hiks hiks, memang ya, si hawa nafsu ini susah bgt ngalahinnya >_<
Mba mohon maaf lahir batin ya. Target ramadan memang penting. Saya berusaha untuk ibadah sebaik mungkin
sebagian target ramadhan utk anak2 tdk tercapai mba..
duo krucil cantik sy pulangkan ke akmpung lebih dulu utk ikutan “pesantren ramadhan” sm uwanya eh uwanya malah kurang sehat jd gak jd deh..pulang kampungnya banyakan main2nya
tp ga banyak nonton tv sih dan malah rajin jamaah subuh segala di sana
Mohon maaf lahir batin, Teteh sekeluarga. Menjalankan Ibadah di Ramadan dengan kondisi sehat itu berharga banget, Teh. Semoga kita dipertemukan lagi dgn Ramadan tahun depan ya, Teh…
Huhuhu… iya, saya juga sekarang mah gak punya target Ramadhan pribadi. Agak susah untuk menuhinnya. Apalagi 4 tahun belakangan ini, hamil dan menyusui. Jadinya banyak alfanya. Semoga Ramadhan tahun depan bisa bikin target Ramadhan lagi…