
Seminar-seminar tentang pengaruh gadget pada usia dini tampak menjamur dimana-mana. Kenapa? Karena kini para orangtua begitu resah dengan efek gawai elektronik atau gadget yang terjadi pada anak-anaknya, terutama pada anak usia dini.
Kenapa begitu khawatir? Apakah pengaruh gadget begitu merusak sehingga harus dihindarkan dari anak-anak kita?
Beberapa bulan yang lalu saya mengikuti sebuah seminar parenting bertema serupa dengan nara sumber seorang psikolog perkembangan anak, Elizabeth Santosa. Catatan tentang seminar ini pernah saya tulisan dalam postingan Tentang Interaksi Anak dengan Gadget.
Elisabeth atau yang biasa dipanggil Lizzie memaparkan, anak-anak milenial atau generasi Z dan alpha merupakan anak-anak yang lahir dan tumbuh bersama perkembangan teknologi. Sehingga sejak baru lahirnya pun mereka akrab dengan gadget. Proses kelahirannya saja sudah direkam melalui gadget. Tiap masa pertumbuhannya juga terdokumentasi dalam gadget orangtua. Belum lagi mereka yang diasuh oleh gadget.
Kita tentu tidak bisa menjauhkan anak-anak dari gadget, lha wong kita juga susah jauh-jauh dari gadget. Tapi kita bisa mengaturnya agar paparan gadget pada anak usia dini minimal.
Pengaruh Gadget Pada Usia Dini
Menurut beberapa sumber dan pengamatan langsung yang saya lihat, anak-anak yang sejak dini terpapar dengan gadget secara intens, mempunyai ketergantungan yang sangat kuat. Beberapa efek ketergantungan ini misalnya:
- Marah saat gadgetnya diambil dari tangannya
- Tidak mau bermain aktif
- Fisiknya tidak banyak bergerak
- Cepat menyerap hal-hal yang dia lihat dari layer gadgetnya
- Lebih sedikit interaksi dengan orangtua

Pengalaman saya mengasuh dan menyaksikan anak-anak usia balita yang aktif menggunakan gadget, awalnya karena orangtuanya ingin anaknya kooperatif (baca: anteng). Ternyata, menurut Lizzie, anteng bukanlah indikasi yang baik. Anak usia balita ini harus banyak bereksplorasi, bermain aktif yang menggunakan panca indera dan organ geraknya dan berinteraksi secara sosial baik dengan orangtua, kakak atau orang terdekat lainnya.
Sehingga, pengaruh gadget pada usia dini akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya.
Di rumah, saya belum membolehkan anak-anak saya di usia di bawah 5 tahun untuk bermain gadget, even untuk menonton video edukasi di youtube. Saya lebih banyak mengajaknya bermain bareng dan melakukan aktivitas fisik seperti main masak-masakan, menggambar, mewarnai, menyusun lego, baca buku cerita, dan sebagainya.
Ternyata, jika anak-anak kita sibukkan bersama, dia tidak akan meminta gadget sama sekali. Paling sesekali melihat layer ketika melakukan videocall atau melihat videonya sendiri yang saya rekam. Itupun tidak pernah lebih dari 10 menit. Karena anaknya pun cepat bosan.
Membiasakan anak-anak usia dini bermain aktif tanpa gadget akan meminimalisir pengaruh gadget pada usia dini yang akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya.
Kuncinya di orang tua sebetulnya. Kalau tidka mau berdampak negatif, orang tua harus berperan aktif. Jangan menjadikan gadget sebagai pengasuh anak-anak