
Jika kita berada di tengah panasnya udara ibukota dan debu yang berterbangan di sekitar kita pada siang yang terik, apa yang kita cari?
Kalau saya sih membayangkan menceburkan diri ke kolam renang, mandi di bawah siraman air yang sejuk, atau masuk ke ruang ber-AC. Pokoknya, setelah tubuh kita terpapar panas, yang paling enak adalah masuk ke tempat yang nyaman untuk menyejukkan diri.
Yah kurang lebihnya, saya ingin masuk ke dalam rumah. Titik.
Nah, itulah yang saya rasakan saat itu. Meski matahari belum bergeser ke titik median tepat di atas kepala, namun cuaca panas akibat kemarau panjang dan polusi kendaraan berhasil “mengotori” wajah dan badan saya. Saya lanjutkan langkah kaki menuju sebuah bangunan menjulang tinggi, yang kanan kirinya ditumbuhi pohon-pohon nan asri. Beberapa anak tangga mengantarkan saya menuju pintu utamanya.
Dan begitu pintu terbuka, udara sejuk menerpa wajah saya. Wangi pengharum ruangan menguar di udara. Pemandangan yang manis dan tertata rapi dengan wajah-wajah senyum menyambut saya yang masih membawa sisa-sisa keringat.
Betapa nyaman tempat ini. Bukan, ini bukan rumah saya. Ini bahkan lebih bagus dari rumah saya, namun memasukinya saya merasa baru memasuki rumah sendiri. Kenapa? Karena kenyamanan dan sambutan hangat itu.
Tempat yang baru saya masuki adalah lobi sebuah hotel bintang 4 megah di area Bumi Serpong Damai, tak jauh dari kediaman saya, bernama Grand Zuri Hotel. Untuk apa saya di sini?
Saya rela berpanas-panas ke hotel ini untuk mengikuti acara Launching-nya JakartaCorners dan Blogger Gathering. Yay, saya akan bertemu teman-teman blogger yang biasa hanya saling sapa di dunia maya.
PENYAMBUTAN
Saya melongokkan kepala ke beberapa sudut di lobi hotel, mencari beberapa wajah yang mungkin saya kenal.
Voila! Di depan sebuah pintu besar ada sebuah meja bertaplak crème. Di sana ada beberapa orang yang familier bagi saya, meski belum pernah saya temui langsung. Ah, saya dekati saja. Tidak banyak berharap mereka akan menyambut saya sebagaimana orang bertemu dengan teman lama. Karena saya yakin, mereka belum mengenal saya. Saya termasuk orang baru di dunia para blogger. Apalagi mereka yang duduk di belakang meja itu adalah blogger-blogger terkenal.
“Halo.” Saya menyapa singkat. Wajah di depan saya tersenyum lebar. Ramah, tidak seperti dugaan saya.
“Halo, mbak Anne Adzkia, ya,” katanya.
What? Dia kenal nama saya! Padahal kami belum pernah ketemu. Saya sih tahu banget, dia ini salah satu blogger favorit yang sering saya baca cerita perjalanannya. Siapa sih yang nggak kenal Donna Imelda.
Dan hebatnya, dia kenal saya.
Tahu gak, saya itu selalu bangga dengan orang hebat yang menyapa orang lain langsung dengan namanya. Ini kedua kalinya saya bertemu orang seperti ini. Sebelumnya saat ketemu Mas Dodik Maryanto, suami Mbak Septi Peni. Mereka adalah tokoh di dunia homeschooling. Tapi saat bertemu, Mas Dodik dan Mbak Septi langsung memanggil nama saya.
Tentu saja saya tersanjung. Kali ini juga begitu. Ternyata Mbak Donna Imelda kenal saya, yang artinya dia pernah membaca blog saya – paling tidak.
Sambutan ini berlanjut dengan welcome photo booth. Nah, mbak Katerina-lah (travel blogger/writer yang namanya sudah malang melintang di media cetak menuliskan catatan perjalanannya) yang memotret saya. Hasil fotonya keren.
ADA ACARA APA SIH?
Ini memang yang saya tunggu-tunggu. Apa sih JakartaCorners yang katanya akan dilaunch ini? Nah-nah, ternyata JakartaCorners ini merupakan sebuah situs yang digagas oleh enam orang bloggers yang sudah pasti keren dan beken (emang ada blogger yang nggak keren? #tsah) yaitu Donna Imelda, Katerina, Shintaries, Evi Indrawanto, Dewi Dedew Rieka dan Salman Faris.
Keenam orang ini memiliki sebuah project hebat yang tentunya nggak jauh-jauh dari dunia blogging ya, bernama www.jakartacorners.com. Coba deh intip sedikit isinya? Pasti sudah ketebak apa niche blog ini.
Ya, benar. JakartaCorners adalah sebuah situs yang menelisik segala sudut Jakarta dan sekitarnya. Lah, kenapa Jakarta sih? Emang gak ada yang lebih asyik selain Jakarta yang cerita macetnya bikin ribet dan permasalahannya semakin mumet (hey, that rhymes ;p). Sementara begitu banyak cerita tentang sisi lain Indonesia yang cakep-cakep, ngapain juga cerita tentang Jakarta?
Justru ituuuu…sudah ada belum yang cerita tentang Jakarta secara lengkap hingga ke sudut-sudut sempitnya? Belum. Sudah ada belum yang mengupas lekuk Jakarta sehingga sadar, bahwa di tengah kegelisahan dan kesuraman yang menyelimuti Jakarta, ibukota negeri kita ini nggak seburuk itu? Belum juga.
Padahal, di Jakarta masih banyak tempat wisata kuliner yang asik untuk dikunjungi. Masih banyak wisata sejarah yang bisa menambah wawasan kita. Masih banyak pula tempat hiburan yang layak dikunjungi keluarga. Dan cerita unik lainnya, yang membuat kita tertawa, terkagum-kagum, nyengir geli sampai terharu. Nah, inilah yang ingin dibangun oleh JakartaCorners.
JakartaCorners akan mengupas dunia kuliner, budaya, festival, peninggalan-peninggalan sejarah dan human interest seputar Jakarta dan sekitarnya.
Keren, kan?
Apalagi, keenam blogger penjaga gawang JakartaCorners ini adalah travel writer. Mampirin aja blog mereka, dan kita akan disuguhi catatan perjalanan mengasyikan mereka di dalam dan luar negeri. Sekarang giliran cerita tentang Jakarta. Begitu! 😀
Nah, JakartaCorners ini ternyata mengajak kita untuk bergabung bersama mereka, ikut meramaikan cerita tentang Jakarta.
Tentu saja, semakin ramai ulasan tentang Jakarta dikupas, semakin memberi banyak keuntungan buat kita dan negeri ini. Namun tentu saja, ada kewajiban kita juga untuk membuat kota ini tetap memiliki magnet bagi pelancong baik dari dalam maupun luar negeri. Siapa sih yang akhirnya nggak bangga, ibukota negaranya dikenal dengan predikat baik di “luar sana”. Tidak seperti sekarang, ya.
Coba deh, kalau kamu mengetikkan kata kunci Jakarta di mesin pencari Google, apa yang muncul? Banjir. Macet. Macet. Macet. Banjir. Kriminalitas. Nah, mana bagus-bagusnya?
Lewat tulisan menarik dan bersama JakartaCorners, kita bisa memunculkan branding cakep tentang Jakarta. Tentu teman-teman lebih ahli deh, bagaimana trik SEO yang mantap supaya cerita Jakarta yang bagus-bagus muncul di halaman pertama pencarian Google, yekaan.
Jadi, mari kita mulai belajar jadi travelwriter atau travelblogger. Bagaimana carannya? Kan susah bisa menulis secakep tulisannya mbak Donna Imelda atau mbak Katerina. Apalagi mendunia seperti tulisannya mas Teguh Sudarisman.
Eits, jangan salah, mas Teguh ini nggak pelit buat berbagi ilmunya tentang menulis cerita perjalanan yang nendang dan setara tulisan perjalanan media cetak. Woooow, asyik kan. Iya, lah.
Di acara Launching JakartaCorners ini, mas Teguh hadir untuk berbagi ilmu dan pengalaman beliau. Saya sampai termotivasi sampai tingkat kabupaten mendengar pemaparan beliau. Nih, saya certain dikit ya.
Menurut Mas Teguh, Jakarta itu memiliki segudang keuntungan untuk dijadikan tempat wisata, terutama bagi penduduk Jabodetabek. Memang sih, orang yang sehari-harinya tinggal di Jakarta inginnya bisa menjajal tempat wisata luar daerah, bahkan luar negeri. Padahal, sebelum ke tempat yang jauh, Jakarta masih punya banyak tempat wisata yang bagus untuk diulas dan diceritakan oleh blogger.
Saya sendiri, sebagai penduduk baru Jabodetabek memang belum banyak mengelilingi Jakarta. Padahal untuk urusan kuliner saja, kita bisa mencicipi cita rasa daerah Indonesia dan mancanegara tanpa pergi jauh-jauh. Ya, di Jakarta tersedia semuanya.
Tujuan kita para blogger mengunjungi tempat wisata, berwisata kuliner dan menuliskan reviewnya untuk apa sih? Hemmm, kalau saya sih memang ingin memuaskan passion menulis sambil meraih pengunjung blogger yang banyak (eaaaa). Ya, kembali ke tujuan utama kita menulis, tentunya kita ingin memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada pembaca. Dan agar dapat memenuhi kebutuhan ini, kita para blogger harus belajar menuliskan review atau catatan perjalanan yang baik.
Hal-hal yang harus diperhatikan sebagai travelwriter adalah:
- Usahakan fokus meliput area by area.
- Telisik apa saja yang saja yang unik di satu area/jalan tertentu – siapa tahu selama ini ada yang luput dari perhatianmu.
- Kumpulkan sebanyak mungkin informasi dari buku, internet, apps.
- Bikin rencana liputan yang matang.
- Susun itinerary yang efektif.
- Be specific and detail.
Jujur deh, tips dari Mas Teguh itu menguatkan hati untuk selalu membuat review setiap habis melakukan perjalanan. Apalagi saya dan keluarga cukup sering traveling – karena kami menerapkan pendidikan travelschooling buat anak-anak – sayang rasanya kalau perjalanan tersebut dilewatkan tanpa dibuat review.
Meski, review ala saya belum seserius travelblogger betulan ;-).
TENTANG GRAND ZURI
Beneran deh, JakartaCorners tepat banget memilih Grand Zuri sebagai venue acara launching mereka. Bagaimana tidak, sejak kita menginjakkan kaki ke hotel ini, interior cozy langsung memanjakan mata. Jangan Tanya lagi makanannya…hmmmm, yummy. Masakannya ala rumah banget.
Mulai dari tempat, suasana dan makanannya, saya langsung merasa homey. Nggak aneh deh, hotel ini mengusung tagline “feels like home.” Bikin betaaaaah.
Saya berani bilang begini, karena selain menikmati lobbynya yang cozy, saya juga sempat berkeliling hotel. Menelisik tiap sudutnya (niruin jargon JakartaCorners, hehehe) dan mengintip kamarnya. Yeah, sesuai dugaan, kamarnya nyaman senyaman-nyamannya.
Ini kali pertama saya mengunjungi hotel yang kamarnya berada di sisi kolam renang. Alih-alih menghadap taman, balkon kamarnya langsung menuju kolam renang. Jadi kita bisa langsung jebur-jebur kalau ingin cari yang adem-adem tanpa harus berjalan jauh. Usai berenang bisa langsung masuk ke kamar.
Hotel ini berada di lokasi yang strategis di jalur utama Bumi Serpong Damai, tepat di area CBD (Center Business District). Sebelahnya terdapat Mall Teras Kota dan Ocean Park. Di seberang jalannya terdapat area resto fastfood, untuk memudahkan kita mencari makanan.
Ah, saya bener-bener ingin mencoba menginap di hotel ini supaya bisa menceritakan lebih detil bagaimana rasanya menjadi tamu hotel Grand Zuri.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog JakartaCorners yang disponsori oleh Hotel Grand Zuri BSD City.
Duh, aku pingin bgt deh nginep di grandzuri itu… Trus kamarnya yg deket kolam. Hihi 😀
Yuuuk kita nginep di Grand Zuri
Ulasannya bikin aku pingin menginap lagi di Grand Zuri. Rindu kenyamanan yang ditawarkan hotel tsb. Oh ya, ternyata banyak ilmu bermanfaat yang dibagikan mas Teguh. Kemarin aku tak menyimak banyak. Point-point yang ditulis mbak Anne bikin aku pingin buka lagi materi yang dikirim mas Teguh.
Terima kasih mbak Anne sudah hadir dan ikut serta dalam lomba ini 🙂
Terima kasih kesempatan dan undangannya ya, mbak Katerina.
semoga kita bisa ke sana lagi ya mbak, aamiin, good luck untuk kita semua
Aamiin ^^
Wah seru banget tuh sepertinya saya juga jadi kepingin menginap di Hotel Grand Zuri ini