Tips Singkat Memulai Decluttering Barang di Rumah

Tips Singkat Memulai Decluttering Barang di Rumah

“Menjalani hidup minimal bukanlah tentang hidup kekurangan, tapi tentang bagaimana memiliki kebendaan sesuai kebutuhannya.”

Di Indonesia, bicara hidup minimal rasanya terasa lebih mudah, karena sebagian besar kita mendapat pendidikan dari orangtua untuk hidup hemat. Apalagi ditambah keuangan kita yang memang pas-pasan ya, hihihi.

Tapi kalau kita melihat lifestyle sebagian besar orang-orang negara maju, becoming minimalist ini tampaknya beraaat bener.

Salah satu tetangga saya saat tinggal di Emerald, punya garasi yang cukup besar dan muat untuk dua mobil. Kalau dibandingkan dengan rumah saya sekarang, ukuran garasinya itu sama dengan ruang keluarga, ruang makan dan dapur sekaligus. Apa isi garasinya? Bukan, bukan mobil. Melainkan perabot rumah tangga yang nggak terpakai lagi.

Cukup banyak dari mereka memang hidup konsumtif. Senang membeli barang baru karena bosan dengan barang lama. Sudah gitu barang yang dibeli memang bukan yang terlalu penting (menurut saya lho), seperti lampu duduk, lukisan, sofa, gaun pesta dan sebagainya. Makanya di sana, banyak toko-toko barang second dan grup buy, swap and sell di facebook.

Lifestyle seperti ini mulai merebak di kota besar di Indonesia. Banyak orang senang membeli barang padahal bukan kebutuhannya. Jadinya, barang-barang numpuk di rumah. Beberapa barang memang dipakai rutin, tapi nggak sedikit yang cuma menuh-menuhin berbagai sudut rumah aja.

Mulai dari perabot sampai mobil. Iya, bayangkan aja yang bisa mengendarai mobil di satu rumah hanya 2 orang, tapi mobilnya ada 3. Yang satu buat cadangan. Pantesan aja Jakarta macet kan.

Atau ada juga kebiasaan orang yang enggan membuang barang yang sebenarnya sudah nggak berguna, seperti kertas-kertas, koran, brosur, dan sebagainya.

Budaya ini akan semakin berkembang dan menjangkiti kita seiring dengan meningkatnya penghasilan dan meniru budaya Barat. Kita sudah nggak hanya beli barang sesuai kebutuhan, tapi karena keinginan.

Kebiasaan ini kalau dibiarkan terus tentu akan menjadi mindset yang terikat pada kebendaan. Seberapapun uang yang dimiliki, akan habis untuk membeli barang. Budaya konsumtif yang dibungkus oleh materialisme dan hedonisme.

Apakah budaya ini harus diatasi? Lakukan decluttering aja.

Ada banyak keuntungan apabila kita berhasil melepaskan diri dari kebendaan ini. Terutama dalam ajaran Islam yang mengingatkan kita “Genggamlah Dunia dengan Tanganmu, Bukan dengan Hatimu.”

Kalau sudah terlanjur mengoleksi beragam barang dan ingin menguranginya, proses ini dikenal dengan istilah DECLUTTERING.

declutter

 

Decluttering adalah membuang (ini bahasa saya, bahasa manisnya adalah merapikan) barang-barang tidak penting yang mememenuhi tempat tertentu.

Buat beberapa orang, decluttering ini nggak gampang karena terikat dengan kenangan pada suatu barang, misalnya kenangan masa kecil, kampung halaman, traveling dan sebagainya. Tapi kalau kita ingin hidup lebih ringkas, hemat dan rumah juga lebih lapang, harus ada sedikit “memaksakan diri” menyingkirkan barang-barang nggak perlu.

Saya sendiri termasuk orang yang nggak suka rumah berantakan, tapi sayang kalau membuang benda. Ya itu, banyak kenangannya. Tapi berangkat dari keinginan untuk hidup minimalis, kondisi harus diusahakan. Nggak bisa terbentuk sendirinya.

Untuk itu, saya ada beberapa tips decluttering praktis yang saya coba di rumah, yaitu melalui beberapa tahapan:

  1. Sediakan waktu sebentar saja, sekitar 10 – 15 menit dan menyiapkan diri untuk beres-beres. Siapkan kardus atau kantong untuk membuang barang-barang nggak perlu.

Kita juga bisa mengelompokkan benda-benda yang recyclable/upcyclable di wadah khusus lalu disumbangkan ke pengumpul sampah atau ke bank sampah.

  1. Mulai dari area yg paling mudah.

Membersihkan seluruh rumah pasti butuh energi dan waktu yang banyak. Kalau mikirin ini, yang ada kita nggak akan mulai-mulai. Nunggu sempetnya. Kalau barang-barang ini kita bagi menjadi beberapa cluster kecil, semua akan terasa lebih mudah.

Tahapan pengelompokan menjadi cluster kecil misalnya:

  • Decluttering laci atau meja

Laci coffee table saya isinya bejibun banget. Kalau mau disebutkan satu-satu, susah deh. Yang saya ingat sih, saya menyimpan berbagai kunci, beragam kartu, charger untuk beberapa gadgets, coins, sisir, ikat rambut, kertas, surat-surat, bon dan sebagainya. Beuh nyebutinnya aja pake mikir, saking banyaknya.

Laci meja ini sering banget saya bersihin, buangin yang nggak penting dan menyimpan ke tempat yang lebih aman. Tapi dalam waktu beberapa minggu, akan penuh kembali. Tapi memang, harus konsisten dirapiin sih. Kalau nggak, malah lebih parah.

Tapi, sebelum saya beresin tempat lain, at least saya paling sering decluttering di laci meja ini. Karena lokasinya paling dekat dan paling sering dibuka.

decluttering

laci doraemon, masukkan tanganmu ke dalamnya. lalu make a wish, maka akan muncul barang yang diinginkan. saking sagala aya.

  • Decluttering lemari

Ini juga sudah saya lakukan, yaitu dengan memilih beberapa baju yang biasa dipakai aja. Selain baju yang dipakai sehari-hari, saya juga menyimpan satu dua baju yang dipakai paling nggak sebulan sekali.

Naah, yang udah lama nggak dipakai saya sumbangkan ke saudara dan kerabat yang membutuhkan.

  • Kamar mandi

Sebenarnya di kamar mandi saya nggak terlalu banyak barang. Tapi ada lho kamar mandi yang jadi tempat menyimpan barang-barang yang dibuang sayang, seperti botol-botol lama, gayung atau ember, spons mandi, sikat gigi.

Udah deh, yang sampah-sampah dibuang aja. Kecuali memang akan di upcycle jadi sesuatu. Dan cepat lakukan. Jangan ditunda-tunda melulu.

  • Meja Rias

Meja rias termasuk lokasi yang rentan penumpukan barang. Kosmetik yang nggak habis, botol perawatan wajah yang sisa sedikit dibuang sayang dipake nggak, kuas-kuas lama gak kepake lagi, dan sebagainya.

Saya nggak punya meja rias, tapi di kamar ada meja pendek yang memang difungsikan untuk naro apa aja. Ternyata begitu saya evaluasi di sini saya menyimpan banyak kenangan yang sulit saya lepas (halah lebay). Ada sabun wajah tinggal separo, lipstik jaman jebot yang nggak pernah dipakai tapi dibuang sayang, parfum yang ternyata saya nggak suka. Dan masih banyak lagi.

Sedikit demi sedikit, sudah saya coba rapikan dan singkirkan yang nggak lagi dipakai. Alhamdulillah penampakan meja saya lumayan rapi sekarang. Semoga nggak penuh lagi.

decluttering kosmetik

meja yang selalu berantakan, mudah-mudahan kali ini beresnya bertahan lama

  • Kotak mainan anak

Nah ni dia, segala barang gak penting numpuk di sini. Hihihi nggak penting kata emaknya. Kalau kata anaknya ini penting semua. Sebelum memulai decluttering area ini, jangan lupa izin sama anak atau ajak anak untuk ikut membereskan.

Memang agak susah membuat anak rela melepas mainan lamanya, meski nggak digunakan lagi. Tipsnya adalah ajak anak untuk belajar jualan, dengan menjual mainan lamanya yang masih bagus ke teman-teman mainnya dengan harga murah, misalnya Rp 1000an.

Saya pernah melakukan ini, dan anak saya senang banget karena jadi punya uang sendiri.

  1. Tidak menambah barang baru yang nggak berguna

Ini udah pernah dibahas di tulisan sebelumnya ya, tentang menambah barang kalau memang membutuhkannya.

  1. Mengelompokkan barang sesuai kategori dan membuat tempat khusus untuk memudahkan.

Yang bikin rumah berantakan biasanya adalah ketika kita nggak punya tempat penyimpanan khusus atau nggak mengembalikan barang ke tempat semula. Udah gitu, yang pake beda-beda orang, giliran perlu semua ribut harus mencari. Ish males banget kalo udah begini deh.

Meskipun rumah kita nggak luas, tapi akan asyik kalo kita bikin area khusus untuk tempat menyimpan barang.

Iya, saya memang terindikasi OCD yang suka gemes kalau barang nggak beraturan. Tapi ternyata semua ada manfaatnya lho. Setelah semua barang punya tempatnya masing-masing, nggak ada lagi keributan saat perlu mencari sesuatu.

organised

rak yang udah disusun dan isinya dikelompokkan per kategori

  1. Think “Saya nggak akan menderita tanpa benda ini”

Ini mindset baru yang saya pakai ketika memulai decluttering barang. Kalau semuanya dibikin baper mah, nggak ada yang bisa disortir deh. Jadi harus kuatkan tekad dan relakan barang yang nggak kita butuhkan untuk sehari-hari meninggalkan tempatnya semula.

Kira-kira segitu dulu tips awal saya untuk memulai decluttering. Dari kesemuanya ini, yang paling berat adalah KONSISTEN menjaga kerapihan dan nggak menumpuk barang baru yang nggak penting.

Jangan lupa ajak anak-anak dan anggota keluarga untuk berpartisipasi juga, karena kalau tidak saling kolaborasi yang ada satu orang jadi tukang beberes, yang lain tukang numpuk barang. Kalau begini caranya sih, “Hayati lelah, Bang.”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Share:

65 Comments

  1. September 18, 2016 / 5:25 pm

    Racunnya emang gitu mak, takut kalau suatu saat kita butuh barang itu. Ternyata udah 2 tahun barang itu nggak pernah disentuh juga, berarti sebenarnya nggak apa2 tanpa benda itu heheheee

    • Anne Adzkia
      September 18, 2016 / 5:28 pm

      Iya mbak. Aku masih banyak tuh barang yg dikekepin bertahun2 tp gak tau kapan bakal butuh juga

  2. September 18, 2016 / 9:36 pm

    hahaha yaAllah sungguh diriku kertas ulangan aja disimpen buat kenang2an. tapi masuk kuliah akhirnya rela juga buat dibuang. Alhamdulillah kalo dirumah ada tukang rongsok barang bekas gitu yg dateng ngambil jd enak rumah bersih

    • Anne Adzkia
      September 18, 2016 / 9:38 pm

      Hahaha..kenangan berharga bgt ya, apalagi yg nilainya “merah” ;D *ini mah aku*

  3. September 19, 2016 / 7:51 am

    aku juga suka banget beberes gini mba, apalagi kalo masih kontrak rumah, tapi emang paling susah itu mainan anak2… alasannya kepake semua dan untuk adeknya nanti… ayo dong mba mau tips2 lainnya untuk ngebujuk anak balita ini.. hehe

    • Anne Adzkia
      September 19, 2016 / 7:52 am

      Ngebujuk balita mmg susye-susye gampang. Moody pula. Sering2 diajak ngobrol aja apa benefitnya buat dia 🙂

  4. September 19, 2016 / 10:32 am

    Suami kebetulan paling ngga suka liat barang numpuk berantakan atau barang di gudang yang ngga terpakai, pasti minta langsung disortir untuk dihibahkan atau yg udah ngga layak dibuang.

    Bener banget deh, teh, urusan sortir-menyortir ini emang butuh waktu dan makan tenaga. Tapi betul mesti dicicil sebagian-sebagian, nah! kan kalo udah bersih dan rapi kita juga seneng liatnya.

    Mantep tipsnya teh, makasih ya.

    • Anne Adzkia
      September 20, 2016 / 6:54 am

      Iya, bener harus dicicil. Kalo udah numpuk suka males buat memulai

  5. September 19, 2016 / 12:19 pm

    Wah benar sekali decluttering itu sangat penting, karena belum punya rumah sendiri saya sering melakukan ini di rumah orang tua saya. Selalu ber-beda pendapat sama ayah karna beliau suka sekali simpan kertas2 yang udah nggak layak disimpan hha

    Padahal menuh menuhin.
    Yang di kamar saya paling sering saya lakuin ya di lemari sama laci.
    Untuk rak yang bersih dan sesuai kategori seperti mbak anne kayaknya aku belum pernah lakuin hahaha
    Besok pengen nyoba di rumah, karna ada keponakan.
    Btw suka sama raknyaaaa 😀

    • Anne Adzkia
      September 20, 2016 / 6:56 am

      Bener banget lho, orangtua itu cenderung senang menyimpan barang karena katanya penuh kenangan atau apalah. Jadi tantangan banget kalau mau decluttering di rumah ortu.

  6. September 19, 2016 / 1:26 pm

    saya termasuk yg suka koleksi “sampah” , kyk tiket bus, tiket pesawat (iya, saya jadul) and so on. Sekarang plg saya foto aja terus aslinya dibuang. Beraaaat awalnya, krn saya merasa setiap barang ada kenangannya tersendiri. Tp mesti maksa diri drpd nyimpen banyak sampah…

    • Anne Adzkia
      September 20, 2016 / 6:57 am

      aku pun dulu begitu mbak. sampai laci penuh dgn barang nggak jelas. Ini beneran baru memulai konsep hidup minimalis, latihan dr decluttering

  7. September 19, 2016 / 1:51 pm

    Halo mba.. Aku lgsg tergugah untuk beres-beres rumah. Penyakit banget memang “simpen dulu, nanti mungkin suatu saat butuh”. Yang ada malah numpuk barang-barang.. Soon aku bakal mulai decluttering ini, mumpung baru pindahan jd barangnya blm terlalu banyak. Demi rumah rapih dan nyaman 😀

    • Anne Adzkia
      September 20, 2016 / 6:57 am

      Momen pindahan memang tepat buat decluttering barang

  8. September 19, 2016 / 1:51 pm

    kalau di rumah suami yang suka “bersih-bersih” barang nggak kepakai. kalau saya masih suka disayang-sayang 😀

    • Anne Adzkia
      September 20, 2016 / 6:58 am

      Hihihi asik dong ada yang bantuin beberes, wkwkwk

  9. September 19, 2016 / 2:29 pm

    Aku udah mulai dari setahun lalu nih… Barang-barang yg ngga aku gunakan lagi tapi masih layak guna kemudian aku jual sebagai barang preloved. Rumah lega plus dapat pemasukan, hehe ^^

    • Anne Adzkia
      September 20, 2016 / 6:58 am

      Keren mbaak

  10. September 19, 2016 / 3:33 pm

    Kalo buat aku, gaya hidup yang seperti ini biasanya aku sebut “simpan sampah”. Nah, kadang aku dan suami semuanya suka simpan sampah nih tapi suami yang jarang decluttering karena tipikalnya sayang membuang barang-barang padahal menurut saya udah nggak terpakai, misalnya gelas-gelas air mineral, kardus, kertas, atau wadah makanan. Kalau di ibu mertua saya malah lebih kreatif. Barang yang nggak kepake itu biasanya dijadikan kerajinan tangan yang hasil akhirnya cantik.

    • Anne Adzkia
      September 20, 2016 / 6:59 am

      Hati-hati kerajinan tangan juga bisa jadi penumpukan barang nggak berguna lho. Mending hasil dibagikan atau dijual aja.

  11. September 19, 2016 / 4:34 pm

    Paling sering di kamar mandi, botol shampoo bekas sering numpuk. Hadeh!
    terimakasih telah menginspirasi, mbak

    • Anne Adzkia
      September 20, 2016 / 7:00 am

      Nah iya kaan. Hihihi

  12. September 19, 2016 / 9:06 pm

    Terkadang kita merasa sayang barang tertentu yg nyatanya gak kepakai. Nih hobi menimbun2 gitu ada di ibu2 kayak saya..hiks..rapi bgt mba raknya
    Emang harus tega sama barang yg gak kpakai ya.mba hehe

    • Anne Adzkia
      September 20, 2016 / 7:01 am

      Hehehe iya harus tega.

  13. September 19, 2016 / 9:56 pm

    Decluttering meja rias, kemudian nemu lipstik saman jabot hahahahaha. Saya bisa setengah bari beresin beginian mba, satu tempat selesai, pasti gatal tempat lainnya pengen diberesin jg. Tapi abis itu lega, rumah jadi bersiiih 🙂

    Terindikasi OCD, kemudian keinget drakor It’s Okay That’s Love…eaaaa.

    • Anne Adzkia
      September 20, 2016 / 7:02 am

      Saya masih ada beberapa yang berat untuk dibuang #plaak

  14. September 19, 2016 / 10:00 pm

    Saya hidup dengan benda minimal, Mbak. Hehehe…
    Alhamdulillah belum bisa boros, jadi ya seadanya saja. meski begitu, tetap saja ada benda yang lebih dari kebutuhan, maka tetap haris decluttering. Contohnya kabel dan charger. Hahaha… karena HP ada 5 tuk 4 orang (nah loh), jadi charger sering tergeletak di sana sini.

    • Anne Adzkia
      September 20, 2016 / 7:03 am

      Hahaha lempar satu sini mbaak (lho)

  15. September 19, 2016 / 10:05 pm

    Decluttering membuat hidup lebih baik ya Mbak, karena kita belajar ikhlas & meyakinkan diri bahwa hidup tidak berakhir tanpa alat itu (yang seharusnya kita singkirkan)

    • Anne Adzkia
      September 20, 2016 / 7:03 am

      Iyes, betuuul

  16. September 19, 2016 / 11:27 pm

    Tentang kamar mandi, pasti jumlah sikat gigi di kamar mandi lebih banyak dari jumlah orang di rumah. Lupa kalau udah punya sikat gigi eh masih aja ambil baru >,<

    • Anne Adzkia
      September 20, 2016 / 7:04 am

      Nah betul. Trus yang lama disimpan dengan alasan, siapa tahu kepake buat nyikat-nyikat apa gitu. Saya banget nih, hihihi

  17. September 20, 2016 / 5:40 am

    Saya juga udah memulai konsep ini di rumah. Lebih sedap dipandang mata, rapiih hehe. Ada referensi tambahan dari nergi korea yang memotivasi saya ^_^

    • Anne Adzkia
      September 20, 2016 / 7:05 am

      Apa resep tambahannya mbak? Share dong.

  18. September 20, 2016 / 6:59 am

    Yang susah, barang mainan anak-anak itu lho mba..kadang kain perca udah lusuh aja gak boleh dibuang. Disimpan menuh-menuhin tempat, qeqeqe.
    Mainan yg mereka dah bosan atau pretel aja syka nggak boleh dibuang..alamaaak.

    • Anne Adzkia
      September 20, 2016 / 7:06 am

      Susah negonya kalau sama anak-anak. Jadi dibawa ngobrol dulu kesana kemari sampe akhirnya bilang ‘oke’

  19. September 20, 2016 / 9:17 am

    Mbaaaak huhuhuhu, aku merasa … entah *halah*
    Lagi pengen beres2 rumah jg, dan baca postingan ini teringat satu kardus berisi banyak sekali tas, pdhl yg aku pake ke kantor paling 2 biji doang heuheu

    • Anne Adzkia
      September 20, 2016 / 9:23 am

      Lempar sini tasnya Rin. Yang ori ya, wkwkwkwk

  20. September 20, 2016 / 9:51 am

    Nah itu, kadang sudah diberesin eh beberapa hari udah berantakan lagi. Jadi males mberesinnya hahaha. Semangat ah, mau mulai beberes meja rias dulu 🙂

  21. September 20, 2016 / 12:17 pm

    Wuaaaah, saya bangeeet (maksudnya baperan kalo mau beresin barang2 wkwkwkwkwk)

    Emang iya sih, harus membulatkan tekadd biar ga baper terus hehehe.

    Makasih tipsnya mbak 🙂

  22. September 20, 2016 / 1:27 pm

    ma kasih mba udah diingatkan, saya juga sering banget begini

  23. September 20, 2016 / 1:53 pm

    Aaawww aku biasa kumat2an declutering ini haha

  24. September 21, 2016 / 12:01 am

    Kemarin, saya beberes lemari kan, langsung mikir untuk merapikannya (lagi) karena udah penuh dan nggak enak dipandang 🙁 begitupun dengan mainan Athar, mau dirapikan lagi karena banyak yang udah lepas rangka >.<
    Tapi, emang perlu sih decluttering ini. Makasih udah ingetin Mbak ^^

  25. Sutopo Sasuke
    September 21, 2016 / 8:07 am

    wah boleh juga nih tipnya mbak di praktek in , bermanfaat nih ..
    btw salam kenal mbak
    sutopo

  26. September 21, 2016 / 9:26 am

    Pengen ngelakuin ini terutama pada barang2 anak2 saat masih bayi, tapi kdng aku kok sayang krn banyak nostalgianya #eaaaaaaaaa emakgalau aahahahah 😛

    • Anne Adzkia
      September 21, 2016 / 1:49 pm

      Eaaaa tu dia, hehehe

  27. September 21, 2016 / 9:37 pm

    Berhubung masih tinggal sama Eyang & baru pindah insyaa Allah tahun depan, mau decluttering ini agak2 susah he he. Ayah saya masih suka mikir “siapa tau ntar perlu” kalau kami beres2 barang. Padahal pernah nonton Oprah pas ada sesi dengan tema beres2 barang ini, kalau ada barang yang setahun lebih nggak kepakai berarti memang nggak perlu dan harus disingkirkan aja daripada menuh2in rumah.

  28. fiberti
    September 24, 2016 / 4:51 am

    nice tips…kalau aku mencoba decluttering perkelompok item dulu, mba, bukan per area (dulu pernah cuma sepertinya barang cuma pindah tempat haha)…so far berhasil..yang masih jadi tantangan dan sepertinya akan selalu jadi tantangan..adalah decluttering perabotan milik anak-anak…

  29. September 25, 2016 / 10:43 am

    Ini namanya meringkas kalau bahasaku mbak. meringkas bukan hobiku tapi kudu dikerjain ya mbak…makasih tipsnya mbak

    • Anne Adzkia
      September 25, 2016 / 6:08 pm

      Ya, kira-kira begitu mbak. Intinya mmg membuat isi rumah jadi lebih ringkas

  30. September 27, 2016 / 6:23 am

    itu mirip laci ku mbak, sama berantakannya, iya betul ya harus di decluttering, nanti deh pas punya waktu luang *sok sibuk

  31. Minkhatul Maula
    October 8, 2016 / 2:13 pm

    Thanks sharingnya mba anne… jadi terbakar lagi semangatnya buat decluttering.

  32. February 7, 2017 / 11:16 am

    Beberapa waktu aku lihat tayangan di TV, di Jepang ada semacam “gaya hidup” masyarakat sana (nganu, terutama yang tinggal sendiri) untuk punya barang seperlunya aja. Gelas 2, piring 2, sendok 2. Gak ada sofa, kasur lipat, meja satu, pokoknya bener-bener beli barang yang diperlukan saja. Gak peduli rumah jadi kosong melompong.

    Aku juga punya kecendrungan untuk menyimpan “sampah” dan beberapa waktu belakangan ini mikir keras apakah rela melepaskan (sebagian) buku itu. Untuk dijual sih hehe.

  33. Nazzla
    February 8, 2017 / 4:39 am

    Hahaha…. Iyaaaa. Yang perlu didoktrin di kepala pas mau declut itu adalah tips terakhir mbak Anne : Saya nggak akan menderita tanpa benda ini.

  34. February 8, 2017 / 8:22 pm

    Aku mau declut lemari anak2 mba. Ampun rasanya klo harus nambah lemari. Mending baju yg udah nggak perlu dipisahin. Padahal udah pernah declut lemari anak tapi emang perlu berkala yaaa karena makin lama makin gedai ???? Klo utk aku sndiri, udah nggak beli baju gonta ganti kaya jaman dulu. Secukupnya.. Cuma perintilan yg masih gatel beli ????????

  35. Shofiya Janan
    September 28, 2017 / 1:16 pm

    mba, apakah sudah baca buku marie kondou yg “the life-changing…” atau buku fumio sasaki yang “goodbye, things” atau memang terinspirasi dari mereka? saya sudah baca buku kondou-san, dan ini mirip dengan metori konmari 🙂 suka sekali 🙂 terima kasih atas info dan isnpirasinya 🙂

    • Anne Adzkia
      September 28, 2017 / 1:18 pm

      Marie Kondo mmg penemu metode KonMari mbak 😉

  36. Shofiya Janan
    September 28, 2017 / 1:16 pm

    mba, apakah sudah baca buku marie kondou yg “the life-changing…” atau buku fumio sasaki yang “goodbye, things” atau memang terinspirasi dari mereka? saya sudah baca buku kondou-san, dan ini mirip dengan metode konmari 🙂 suka sekali 🙂 terima kasih atas info dan inspirasinya 🙂

  37. May 15, 2018 / 4:51 am

    Artikelnya bagus ya saya suka ….kembangkan!!!

    • Anne Adzkia
      May 15, 2018 / 5:22 am

      Terima kasih

  38. ayu
    December 20, 2018 / 12:43 am

    Setahuku, ada unwritten rule: “barang yang selama 1 tahun tidak terpakai harus dibuang”. I live by that rule. Dulu aku hoarder sekarang aku malah hidup minimalis dan malah bisa ngirit hehe.

    • ayu
      December 20, 2018 / 12:46 am

      tiap bulan juga pasti aku beli baju baru, jadi baju lama harus di daur ulang, alias di donasi kan. yang masih bagus di sumbang dan yang tidak layak kalo gak jadi lap pel ya di buang. lumayan bisa amal juga kan.

  39. March 24, 2019 / 9:25 pm

    Aku berasa baca buku nya Mary Kondo kalau baca tulisan ini.

  40. Lisdiastuti
    February 4, 2020 / 5:19 pm

    Basicnya barang2 aq sedikit bgt. Tapi berhubung aq tinggal dg ibu n adekqq yg belum mengenal minimalism voila… Rumahq jadi gudang d bagian mana pun. Dulu ibuku sering terima catering n suka masak. Jadi perkakas masaknya dr yg kecil sampe besar lengkap bgt. D sini saya suka sedih kalo liat barang2 numpuk ga terpakai. Tapi ga bisa apa2 juga krn bukan barang sendiri

    • Anne Adzkia
      February 4, 2020 / 5:22 pm

      Banyak yang mengeluhkan hal yang sama, karena tinggal bersama keluarga besar. Dgn pemahaman dan kebutuhan yg berbeda, barang juga jadi sangat banyak. Memang perlu edukasi pelan-pelan ya Kak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *