
Apa sih A Fair Shot?
A Fair Shot merupakan kampanye vaksinasi PCV bersama Doctors Without Borders/MSF dalam rangka pencegahan pneumonia pada anak.
Kalau kita bicara tentang vaksinasi, harus siap deh dengan pro dan kontra. Bahkan belakangan bisa sampai ada mommywar. Oke, saya paham argumen kedua pihak. Menurut saya, keduanya punya alasan yang mendasar dan masing-masing membawa bukti empiris.
Ya, kita tidak akan membahas masalah pro dan kontra tersebut di sini. Karena yang akan saya bahas bukan kelebihan atau kekurangan vaksinasi, melainkan bahwa usaha kita untuk hidup sehat kadang berbenturan dengan masalah biaya.
Saya langsung cerita aja, ya. Jadi beberapa hari lalu, saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi kantor MOMMIES DAILY di bilangan Kemang, Jakarta Selatan. Di sana, kami akan bertemu dengan dua orang dokter yang punya pengalaman luar biasa dalam mengabdikan ilmu mereka bagi kemanusiaan. Keduanya banyak melakukan riset dan mendalami dunia vaksinasi.
Dan, banyak informasi serta data yang mereka hadirkan tentang betapa penyebaran penyakit di dunia ini berkembang sedemikian rupa dan mereka berupaya mencari jalan keluar untuk memciptakan dunia yang sehat. Terutama di Indonesia, tentunya.
Sebelum membahas lebih jauh, saya ingin menyamakan dahulu pemahaman kita tentang istilah-istilah yang akan digunakan dalam tulisan ini.
- Vaksinasi adalah preparat biologis yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh (imunitas) terhadap penyakit tertentu.
Departemen Kesehatan RI memberikan daftar vaksinasi wajib yang harus diberikan kepada bayi sejak di hari pertama kelahirannya, seperti BCG (mencegah penyakit TBC), Polio (mencegah penyakit Polio), DPT (mencegah penyakit Difteri, Pertusis Tetanus), Hepatitis B (mencegah penyakit Hepatitis B), HiB (mencegah meningitis), Campak (mencegah penyakit campak).
Selain itu ada vaksinasi lain, seperti MMR (mencegah penyakit Mumps, Measles dan Rubella), Influenza (mencegah penyakit influenza), PCV (pneumonia), Rotavirus (mencegah penyakit saluran pencernaan), Tiphoid (mencegah penyakit tifus), dan lain-lain.
- Antibodi atau yang dikenal sebagai imunoglobulin, adalah protein berbentuk Y dan berukuran besar yang dibentuk oleh sel plasma yang digunakan sebagai sistem imun untuk mengenali dan menetralkan kuman patogen seperti bakteri dan virus (sumber: wikipedia).
- Antigen adalah zat yang dapat merangsang sistem imun, khususnya dalam membentuk antibodi.
Di markas Mommies Daily, orang pertama yang saya temui adalah dokter Dirga. Lengkapnya Dirga Sakti Rambe, MD, M.Sc (VPCD), seorang dokter lulusan UI yang juga sedang mengambil program PPDS di kampus yang sama. Selain itu, beliau menyandang gelar Vaccinologist dari pendidikan yang ditempuhnya di University of Siena, Italia.
Dokter Dirga bicara tentang bagaimana sistem imunitas kita bekerja ketika tubuh kita dimasuki antigen asing. Setelah tubuh berusaha melawan zat asing tersebut dengan imunitas, tubuh kemudian akan mengenali zat yang memasukinya untuk berjaga-jaga dari penyerangan berikutnya.
Tentu saja, imunitas yang dimaksud berasal dari antibodi yang memang terdapat dalam tubuh kita. Pertanyaannya, seberapa mampu antibodi itu melawan serangan zat asing yang semakin hari semakin berubah jenisnya dan semakin kuat? Kenapa anak-anak butuh vaksinasi lagi, bukankah sudah cukup mendapat imunitas dari ASI?
Dokter Dirga menjawab pertanyaan itu dalam tiga jawaban.
Pertama, daya imunitas yang diberikan ASI bagi tubuh manusia terbatas waktunya. Ketika bayi menginjak usia anak-anak, antibodi yang didapat dari ASI akan semakin berkurang dan hilang.
Kedua, ASI dan vaksinasi bukan saling menggantikan, tapi saling melengkapi.
Ketiga, antibodi yang terdapat pada ASI tidak spesifik mencegah penyakit tertentu.
Apa perbedaan VAKSIN dan OBAT:
VAKSIN | OBAT |
– Pencegahan penyakit | – Penyembuhan penyakit |
– Membentuk antibodi dan membentuk memori akan zat asing yang pernah masuk | – Membunuh kuman patogen yang masuk |
– Tidak ada resistensi | – Mungkin ada resistensi |
– Bersifat biologis | – Bersifat kimiawi |
Bagaimana tingkat keberhasilan vaksinasi dalam pencegahan penyakit? Kita lihat infografik berikut:
Dua puluh tahun silam, polio melumpuhkan 1.000 anak tiap harinya di seluruh penjuru dunia. Tapi pada 1988 muncul Gerakan Pemberantasan Polio Global. Lalu pada 2004, hanya 1.266 kasus polio yang dilaporkan muncul di seluruh dunia. Umumnya kasus tersebut hanya terjadi di enam Negara. Kurang dari setahun ini, anggapan dunia bebas polio sudah berakhir (sumber: www.unicef.org).
Seperti yang kita ketahui, polio itu sangat mematikan dan mudah menyerang balita, disebarkan oleh virus melalui air dan kotoran manusia. Pada tahun 2005 muncul satu kasus Polio di Jawa Barat yang diduga dibawa dari Nigeria. Polio kemudian menyebar dan menginfeksi anak-anak yang tidak mendapat vaksinasi Polio.
Kenapa Vaksinasi sebaiknya dilakukan meski penyakitnya sudah musnah?
Dokter Dirga kembali menjelaskan bahwa ketika suatu penyakit sudah hilang, bukan berarti risiko terjadinya infeksi tersebut hilang. Munculnya kasus tersebut sangat mungkin terjadi, seperti Polio pada tahun 2005 tersebut. Padahal Indonesia telah dinyatakan bebas polio selama satu dasawarsa terakhir.
Selain vaksin untuk anak-anak, ada juga vaksin yang diperuntukkan bagi dewasa. Meskipun bayi dan anak-anak adalah yang paling rentan terhadap infeksi bakteri dan virus. Salah satu penyakit berbahaya yang bisa menyerang bayi dan anak-anak adalah PNEUMONIA.
Apa itu Pneumonia?
Pneumonia merupakan penyakit infeksi akut pada paru-paru yang paling sering menyebabkan kematian pada bayi dan balita. Sering disebut sebagai “The Forgotten Killer for Kids.
Penyebab yang paling umum adalah bakteri jenis Streptococcus pneumoniae (pneumokokus). Selain bakteri, pneumonia juga bisa terjadi karena infeksi virus atau jamur.
Insidensinya masih tinggi di negara-negara berkembang seperti negara kita. Indonesia menempati urutan ke-10 insidensi tertinggi pasien meninggal karena pneumonia.
Penyakit ini harus menjadi perhatian kita semua. Jangan anggap remeh.
Gejala umum pneumonia dapat kita lihat lewat bagan berikut:
Dalam pertemuan di Mommies Daily, selain Dokter Dirga yang hadir sebagai pembicara, juga hadir dokter Tutut Sri Purwanti, yang bersama Medecins Sans Frontieres (MSF) South East Asia (Doctors Without Borders) tengah mengampanyekan upaya pencegahan Pneumonia melalui vaksin.
Sekilas tentang MSF
MSF/Medecins Sans Frontieres atau Doctors Without Borders/Dokter Lintas Batas, merupakan organisasi internasional yang fokus di bidang pelayanan medis. Berdiri pada tahun 1971 oleh sekelompok dokter dan jurnalis.
MSF ini berprinsip bahwa semua kalangan berhak mendapatkan pelayanan dan bantuan medis, tanpa melihat suku, ras, agama, kondisi ekonomi dan sosial budaya. Oleh karena banyak sekali aksi kemanusiaan yang telah dilakukan MSF, terutama di daerah-daerah konflik dan terbelakang.
Atas aksinya ini, MSF banyak meraih penghargaan, antara lain:
- Tahun 1999: Nobel Peace Prize
- Tahun 2012: The William Fulbright Award
- Tahun 2013: Rotary International
- Tahun 2014: Prix de Rayonnement Humanitaire
- Tahun 2014: Time Magazine: Most Influential People
- Tahun 2015: Chatham House Prize
- Tahun 2015: Lasker Bloomberg Public Service Award
Kini, MSF sedang melaksanakan kampanye vaksin Pneumonia dengan tagar “A Fair Shot”.
Data yang diperoleh oleh MSF tentang insidensi pneumonia cukup tinggi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan pemberian vaksinasi PCV.
Namun, saat ini kendala utama pemberian vaksin pneumonia ini adalah harganya yang mahal dan sulit dijangkau oeh masyarakat luas. Mahalnya harga PCV disebabkan karena hanya ada dua produsen yang memproduksi vaksin ini, yaitu Pfizer dan GlaxoSmithKline (GSK), sehingga harga kurang berkompetisi dan kurangnya transparansi penentuan harga vaksin ini.
Dilematis bagi Indonesia, karena sudah tidak mendapat bantuan gratis lagi PCV ini. Bantuan cuma-cuma hanya diberikan kepada negara miskin dengan index pendapatan perkapita di bawah USD$1580. Namun untuk membeli, harganya masih sangat mahal.
Disinilah MSF ‘A Fair Shot’ bergerak lewat kampanyenya, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat luas akan bahaya penyakit pneumonia pada anak dan meminta perhatian produsen vaksin terkait mahalnya harga vaksin yang menjadi kendala utama pencegahan. Kemudian MSF juga mengajak publik untuk berpartisipasi secara online untuk meminta perusahaan Farmasi menurunkan harga vaksin.
Tujuan kampanye ini adalah: Harga vaksin pneumonia turun menjadi USD$ 5 agar bisa terjangkau oleh negara miskin, berkembang dan lembaga kemanusiaan.
Jadi jangan hanya MSF saja yang bergerak. Kita juga diajak berperan aktif agar generasi anak-anak kita terhindar dari penyakit pneumonia yang mematikan ini. Pahami gaya hidup sehat dan lakukan bersama keluarga dan lingkungan sekitar. Selalu makan makanan sehat, hidup seimbang, hindarkan stress.
Jangan abaikan apabila anak-anak kita menunjukkan tanda-tanda sakit, bawalah ke dokter. Ingat, semua penyakit akan mematikan apabila dibiarkan tanpa penanganan. Apalagi pneumonia.
Apabila teman-teman ingin berpartisipasi aktif dalam kampanye PNEUMONIA bersama MSF, kunjungi www.seasia.afairshot.org.
Yuk selamatkan anak-anak kita dari bahaya PNEUMONIA
Huahhhh, aku takut nih kalo ada gejala yg mirip pneumia, soalnya ALfi gampang sesak napas klo kena flu, makasih infonya mbak Anne, pneumonia sering saya denger juga jadi penyebab kematian
Tapi pneumonia bisa diobati kok. Ah mbak Ev jangan parno dulu. Gejala flu dan asma kan batuk – sesak.
Saya masih yang pro vaksin….untungnya. Tinggal PR nya bagaimana supaya anak suka ke dokter. Karena image dokter = suntik. Mungkin sering2 kontrol pas sehat ya..*rejeki dokter*
Etapi ya (lupa bilang) hati2 juga dgn infeksi nosokomial RS ah. Jgn ajak anak2 ke RS kalo gak perlu
Semoga program ini di dukung pemrintah ya jadi biayanya tidak mahal dan tidak memberatkan masyarakat
Nah pemerintah belum utk yg ini kayaknya, Lia. Mereka masih berjuang.