
Perkenalan dengan Hairi Yanti, atau yang biasa saya panggil Yanti tanpa embel-embel mbak atau apapun, terjadi sudah cukup lama. Kalau nggak salah tahun 2009. Saat itu kami sama-sama tergabung di kelas menulis Ifa Writing School (IWS).
Selain saya dan Yanti, ada Irma Irawati, Nurul Asmayani, Fitri Gita Cinta, Mbak Ade Anita dan beberapa teman lain. Kami cukup lama ngegank dan berinteraksi dekat karena punya proyek menulis bareng. Saat itu, komunitas menulis belum banyak. Untuk ngeblog, kami masih blogging di Multiply.
Yanti sudah lebih dulu menjadi Mpers dan sudah aktif di sana. Tulisan-tulisannya khas curhat, sebagaimana saya juga menulis di MP. Di IWS, kami belajar menulis bersama mbak Ifa Avianty. Dari sana juga saya dan Yanti sering membangun mimpi bersama-sama.
Kami sama-sama bermimpi ingin menulis buku. Karenanya beberapa kali kami mencoba berkolaborasi menulis, tapi berakhir di tengah jalan. Semua proyek nggak ada yang selesai… hingga kini ;-p. Impian kami hanya berakhir di beberapa buku antologi, belum sampai ke novel seperti yang kami inginkan.
“Sudah nulis apa hari ini, Yan?” begitu cara kami membuka obrolan setiap harinya.
Ya, kadang kami menulis note FB, menulis untuk multiply atau lomba-lomba antologi yang saat itu tengah marak di dunia facebook.
“Teh, komentarin cerpen Yanti ya, di note FB.” Yanti memanggil saya dengan panggilan teteh. Iya, karena saya orang Sunda. Aktifitas seperti ini sering kami lakukan. Saling mengkritik tulisan, memberi masukan atau sekedar komen-komen gaje. Di grup IWS kami sering juga ngobrol nggak jelas, hanya berhaha-hihi.
Kelas menulis IWS nggak berakhir begitu coaching selesai. Kami masih terus berkomunikasi dan bersahabat. Apalagi mbak Ifa, sang Guru sangat sabar dan nggak pernah bosan menjawab pertanyaan-pertanyaan kami seputar menulis.
Dari pertemanan di kelas menulis ini, membawa saya untuk kopdaran dengan Yanti. Saat itu, kami sama-sama tinggal di provinsi Kalimantan Selatan. Yanti memang asli urang Banjar. Dia tinggal di Barabai yang jaraknya kira-kira 2 jam perjalanan dari kota tempat tinggal saya, Tanjung.
Saat itu Yanti masih imut banget, belum menikah. Saya juga masih bawa 2 balita. Kami janjian di sebuah warung Bakso. Pertemuan kami singkat karena ternyata aslinya Yanti pemalu dan nggak banyak ngomong.

Hanya 3 tahun tinggal di Bumi Banua (sebutan bagi Prov. Kalsel), saya kemudian pindah ke Emerald, di negara bagian Queensland Australia. Yanti pun menikah dan diboyong suami pindah ke Handil, Kalimantan Timur. Momen-momen menjelang dan setelah Yanti menikah, kami lebih banyak ngobrol tentang hal-hal pribadi. Hampir setiap hari ada obrolan di BBM, saling curhat.
Sama-sama Penimbun Buku
Iyaa, kelakuan kami yang satu ini sama. Senang belanja buku, tapi dibacanya kapan-kapan. Banyak info buku yang saya dapatkan lewat Yanti. Dan kami juga akhirnya sering barteran buku. Apalagi kan ongkirnya murah antara Barabai – Tanjung. Saya ingat banget pernah meminjam buku Galaksi Kinanthi-nya Tasaro GK, dan karena sangat terkesan dengan ceritanya saya akhirnya hunting buku itu dibantu Yanti.
Yanti itu rajin membuat review buku. Kalau saya nggak. Awal-awal punya blog di blogspot dan wordpress, saya sering baca review bukunya Yanti sebelum beli buku. Pokoknya kalau Yanti merekomendasi sebuah buku yang bagus, baru saya berani beli. Nggak mau rugi deh pokoknya. Review-reviewnya pernah dimuat di Koran Jakarta juga. Dan ini memotivasi saya untuk melakukan hal yang sama.
Akhirnya saya pun memberanikan diri menulis review buku di Koran Jakarta. Tapi kalau saya cuma sekali aja, sementara Yanti sering. Nggak hanya di Korjak, beberapa media juga pernah memuat reviewnya. Sampai sekarang dia masih suka menulis review. Kita bisa lihat di blognya www.hairiyanti.com. Karena itu Yanti juga sempat bergabung di komunitas BBI (Blog Buku Indonesia). Saya pun diajak bergabung, tapi karena nggak aktif mereview, buat apa juga kali yaa *dijitakYanti.

blognya Yanti
Tahun 2014 lalu, saya dan Yanti kopdaran lagi. Kali ini kami janjian di Jakarta, bersama mbak Ifa Avianty, mbak Dhani Pratiknyo dan mbak Dewayanie Prasetio. Mumpung Yanti dan suami lama di Jakarta harus ketemuan, karena kalo nggak kapan lagi bisa ketemu. Sekarang kami berjauhan dan jadi lebih susah kalau mau kopdar atau barteran buku lagi.

kopdar di PIM 2
Yanti Yang Semakin Berprestasi
Yup, saya ketinggalan jauh. Kiprah Yanti di dunia menulis semakin luas. Dan kami seperti berada di dunia yang berbeda. Memang sih, kami sama-sama blogger, tapi Yanti lebih mengkhususkan diri menjadi penulis cerita anak.
Saya juga pernah mengikuti kelas menulis cernak, tapi sepertinya I don’t belong there. Nggak berbakat menulis cerita anak-anak, nggak seperti Yanti. Apa aja bisa jadi ide tulisannya. Dari kejadian sehari-hari yang dia alami, dengan cantik diramunya menjadi tulisan dan kemudian karyanya muncul di majalah Bobo.
Seingat saya, pertama kali Yanti aktif menulis cernak di majalah Bobo belum lama. Tapi dia konsisten terus mengirimkan karya. Saya juga sering dikomporin, dasarnya males kompornya nggak sukses. Saya mah disini-sini aja jadinya. Nggak kemana-mana.
Namun saya bangga. Saya tahu bagaimana kami mulai menulis dulu. Mengeja kalimat demi kalimat, dikritik, menulis lagi, diperbaiki, menulis lagi, dihapus dan menulis lagi. Saya masih ingat ketika Yanti galau mau fokus menulis dimana, apakah menulis novel atau cerpen. Sekarang tampaknya dia sudah menemukan dunia yang membuatnya nyaman sekaligus menghasilkan.
Yanti menjadi salah satu penulis cerita anak yang diidolakan anak-anak saya, karena sering mereka lihat di Majalah Bobo kesayangan.
Terus menulis dan menginspirasi ya, Yan. Dan jangan bosan jadi sahabatku. Semoga kita selalu bersahabat sejak dulu, hingga kini dan akan tetap bersahabat sampai nanti.
Huwaaaa…. Teteeeh… Terharuuuuu….
Dulu ynt pinjam Negeri van Oranje sama Teteh 😀
Trus iyaa… Sebelum nikah sering curhat sama teteh.. Ingat banget waktu teteh bilang ‘setiap pernikahan punya ujian masing-masing’. Itu kalimat sering ynt kutip sekarang. Hihihi…
Eh, masih di dunia yang sama ah kita. Kan ynt masih sering galau juga. Hahaha… Galau ga hilang-hilang :p
Makasiiiih, Teteeh.. :*
semoga bersahabat baik terus ya mbak
Aamiin, makasih mbak
waah ternyata sahabat lama tooh…. so sweet.
ah saya juga manggil teteh aja ah ralat yaa..slama ini manggilnya mba hahaha.
sesama sunda
Iya atuh, panggil Anne aja langsung 🙂
oooh…sahabat karib ..sama2 berprestasi rupanya ya
Yang berprestasi itu Yanti 😉 bukan saya
senang nya… udah ketemuan…. kapan ketemu mba yanti ya….he2
Wah… asyiknya mba anne udah lama melintang.. punya banyak kenangan. Kopdaran pasti seru ya mba annee.. 🙂 apalagi ktemu teman2 blogger lain yg semuanya berprestasi…
Wah ternyata arisan link ini jadi serasa reuni n nostalgia sama mbak Hairiyanti ya. Nggak nyangka ternyata mbak anne udah temenan lama.
waaaah ternyata sahabatnya mbak yanti… mupeng juga pengen kopdaran… sahabat sejak mbak yanti masih single juga ternyata.. 😀
Kelas IWS itu apakah masih ada sampai sekarang Mbak? Gmn cara gabung/ daftarnya? #kepoh
Nggak ada lagi mbak. Udah lama jg kami gak kontak2an.
senang bangat yach punya sahabat seperti mbak yanti. tapi mbak anne juga keren koq, tulisan tentang parenting nya juga menginspirasiku, walaupun sampai saat ini belum berkeluarga ataupun punya anak.
ternyata Yanti pendiam dan pemallu ya Anne? hehehhe
uni belum pernah ketemu Yanti.
tapi anne sendiri menurut uni cenderung kalem dan pendiem juga. hehehehe
mungkin uni yang mengira diri uni pendiam… malah jadi pemandu sorak yang ramai kalau dekat kalian ya.. heheheh
dan tentang prestasi… iya nih..
si yanti emang keren banget…
tapi uni juga mau bilang anne keren juga. dua2 blognya super keren…
saluuuuut 🙂
Buat aku Uni juga keren. I respect that so much. Aku kadang pendiam sesuai kebutuhan dan rame disaat diperlukan, hihihi.