
“A journey of a thousand miles begins with a single step”
Quote ini menggambarkan seluruh perjalanan OASEksplorasi 2019 yang baru saja dilakukan oleh anak-anak penggalang Pramuka Klub Oase beberapa hari lalu.
Saya masih ingat perjalanan Eksplorasi pertama Naufal di tahun 2016 ke Bandung bersama Tim Jahe. Perjalanan tersebut yang mengawali banyak langkah Naufal setelahnya hingga dia mengikuti program live-in di Banyumas selama satu bulan pada Oktober – November lalu.
Sejak mengikuti banyak tantangan yang diberikan sebelum Eksplorasi 2016 ini, Naufal menjadi lebih berani dan mampu berinteraksi dengan orang lain, terutama yang tidak dikenalnya. Dia juga berani bepergian sendiri menggunakan transportasi umum mulai dari ojek, angkot, kereta hingga pesawat terbang.
Semua berawal dari satu langkah kecil di OASEksplorasi 2016.
Di tahun 2019 ini, pertama kalinya juga buat saya menjadi mentor yang mempersiapkan program ini dari A – Z bersama 6 orang teman yang lain, yaitu Ayu, Kristin, Anggi, Raken, Putri dan Andit. Sebelumnya, di tahun 2017 saya pernah menjadi mentor, tapi bukan sebagai orang yang memanage persiapan dan segalanya. Melainkan hanya membantu mengawal perjalanan dan pembuatan output para peserta.
Banyak peserta Eksplorasi 2019 yang baru pertama kalinya juga melakukan perjalanan sendiri tanpa orangtua. Sehingga sebelum berangkat, kami para mentor melakukan persiapan selama 3 bulan sebelumnya. Dengan harapan, peserta lebih siap menjalani dan menyelesaikan sendiri semua tantangan yang akan dihadapi selama program Eksplorasi 2019 ini berjalan.
Perjalanan Eksplorasi kali ini dirancang dengan agenda live in selama 5 hari 4 malam di keluarga asuh. Anak-anak akan tinggal di rumah penduduk dan mengikuti kegiatan keseharian keluarga asuhnya. Tentunya, ini adalah pengalaman pertama bagi semua peserta. Mereka harus siap menerima apapun kondisi keluarga tempat mereka tinggal.

Ada yang tinggal bersama keluarga usia lanjut dengan rumah cukup sederhana, tanpa fasilitas alat elektronik, kamar mandi yang memadai, bahkan kekurangan air bersih. Anak-anak ini belajar beradaptasi, lalu membantu keluarganya mengangkut air dari sebuah sumber air dengan menggunakan jerigen. Untuk mandi, mereka harus menggunakan kamar mandi umum di depan masjid.
Kondisi lainnya, ada anak yang tinggal di rumah pedagang bandros. Mereka ikut membantu keluarga ini mempersiapkan bahan dagangan hingga ikut berjualan keliling kampung.
Ada keluarga lainnya yang diberikan kecukupan fasilitas, seperti kamar tidur luas, kamar mandi dan air bersih cukup, namun keluarganya cukup sibuk. Sehingga anak-anak ini diminta ikut membantu pekerjaan keluarganya seperti menjaga warung dan berbelanja bahan kebutuhan warungnya itu.
Adaptasi adalah salah satu skill yang menjadi fokus kegiatan ini. Memang akan tidak mudah bagi sebagian orang. Namun sejak awal, anak-anak sudah dikomunikasikan untuk siap menghadapi tantangan ini. Mereka sudah diberi latihan kemandirian oleh mentor dan orangtua sebelum berangkat.
Tinggal bersama keluarga asuh yang kondisinya berbeda dengan keluarga sendiri, diharapkan melahirkan empati pada jiwa anak-anak. Memahami kondisi orangtua asuh, membantu pekerjaan keseharian dan menjalani kehidupan sebagaimana mereka hidup, adalah hal yang mereka jalani.
Ketika tinggal bersama keluarga asuh ini, anak-anak juga dibekali tantangan untuk mengenal keluarga lebih dalam. Tahu latar belakang keluarga mereka, apa dan bagaimana sumber mata pencaharian mereka, darimana mereka mendapatkan sumber air, listrik dan transportasi, bagaimana mereka mengolah sampah, bergotong royong dengan tetangga. Juga tentang tokoh desa, fasilitas umum (seperti ruang diskusi, sarana ibadah, sarana kesehatan, pasar, trasnportasi umum, dll).
Sejauh yang kami amati, anak-anak berhasil melalui semua tantangan ini dengan baik tanpa banyak mengeluh. Sebaliknya, mereka belajar dari keterbatasan dan menikmati semua sajian yang ada di hadapan mereka.
Memecahkan Mental Block dan Mendorong Diri Mencapai Batas Kemampuan
Selain tinggal bersama keluarga asuh, anak-anak juga menjalani beberapa kegiatan di luar rumah. Seperti menanam benih ikan dan mengambil ikannya kembali untuk dimasak beberapa hari kemudian.
Ternyata, banyak anak yang baru pertama kali merasakan masuk ke kolam ikan berlumpur. Baru pertama kali menyentuh ikan hidup. Baru pertama kali menangkap ikan dengan jaring. Nggak semuanya berani, ada beberapa yang awalnya takut.
Namun, mereka tampak berusaha mengatasi ketakutan tersebut dan mendorong dirinya untuk ikut membantu. Yang tadinya enggan turun ke kolam, ternyata malah menikmati dan berikutnya menjadi anak yang paling berani terjun ke sungai.
Kegiatan berikutnya adalah hiking menuju bendungan dan sungai. Perjalanan ini ternyata tidak semudah yang dibayangkan karena melewati jalur yang beragam tantangannya. Mereka harus mendaki, menuruni lembah, melalui pematang sawah, menapaki jalan kecil dengan jurang di sisinya. Banyak anak yang baru pertama kali mengalami perjalanan ini. Satu dua tampak kelelahan, namun semua bisa melewatinya.
Terjun ke sungai adalah tantangan berat buat beberapa anak yang takut ketinggian, takut kedalaman dan tidak bisa berenang. Tapi apa yang mereka lakukan? Mereka tetap berani terjun dan mengalahkan rasa takut itu.
Bermain hujan selalu menjadi pengalaman seru. Alhamdulillah saat eksplorasi ini, Allah menghadiahkan hujan deras yang tentu saja dimanfaatkan oleh anak-anak untuk bermain. Ternyata, ada beberapa anak yang baru pertama kali merasakan main hujan dan mainan lumpur. Kebayang, kalau di rumah mungkin sudah dilarang oleh orangtuanya.
Menanam pohon di ladang, adalah salah satu kegiatan mereka juga. Anak-anak mencoba menggunakan cangkul untuk menanam beragam pohon. Disini tampak kerjasama dan kekompakan anak-anak dalam bekerja. Mereka berbagi tugas dan saling membantu melewati tantangan jalanan kebun yang cukup curam.
Kegiatan lainnya adalah membuat sotong dan angklung. Anak-anak berkesempatan mendatangi pabrik sotong dan belajar membuat penganan khas lokal ini dengan dibantu para pekerja pabrik tersebut langsung. Alhamdulillah mereka mendapat guru-guru yang sabar dan mau direcoki di tengah pekerjaan mereka.
Dari banyak kegiatan ini, memang terasa cukup padat untuk dilakukan selama 5 hari 4 malam. Apalagi ada kegiatan-kegiatan rumahan yang mereka lakukan juga bersama keluarga asuh seperti mengepel, memasak, mencari kayu bakar, mengurus kebun, menyapu halaman dan lain-lain. Semua dijalankan anak-anak penuh semangat.
Saya dan 5 orang teman yang menjadi mentor, sebetulnya tidak banyak terlibat dengan kegiatan mereka. Kami hanya menunggu dan berfungsi sebagai “ambulans” yang dicari ketika mereka membutuhkan bentuan darurat (alhamdulillahnya nggak ada kejadian darurat apapun) dan sebagai tempat curhat. Kami sengaja menjaga jarak dengan mereka, agar anak-anak bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri dan mengambil keputusan tanpa dominasi orang dewasa.
Secara berkala (pagi dan malam) mereka mendatangi kami untuk cerita tentang kegiatan keseharian dan melakukan evaluasi. Kami menjadi teman curhat mereka.
Dari hasil berbincang inilah, kami menangkap bahwa anak-anak mendapatkan banyak ilmu dari pengalamannya. Mereka mengungkapkan hal-hal paling berkesan selama tinggal di keluarga asuh dan saat mengikuti beragam kegiatan. Ada yang terkesan dengan pengalaman naik mobil bak dalam perjalanan berangkat, ada yang terkesan dengan pengalaman terjun ke sungai, mengambil ikan, berdagang keliling kampung, main bola dengan anak-anak penduduk lokal dan saat riset dan bertanya kepada warga yang mereka temui.

perjalanan dengan mobil bak di pagi hari menuju Kampung Zuhud

kompetisi bola tarkam antara anak-anak Klub Oase versus anak-anak kampung

bersiap-siap untuk terjun ke kolam ikan

menanam pohon untuk kehidupan, berkontribusi untuk Kampung Zuhud tercinta

berdagang bandros keliling kampung

menyembelih dan mengolah ayam untuk dimakan
Sambutan Warga yang Luar Biasa
Alhamdulillah, eksplorasi ini mendapat sambutan dari warga dusun Sukajadi dan Kampung Zuhud, venue utama yang kami pakai untuk berkegiatan. Saya terharu, semua elemen warga mulai dari Kepala Dusun, Ketua RT, Karang Taruna dan pastinya keluarga Kampung Zuhud menerima kami dengan tangan terbuka dan membantu seluruh proses kegiatan.
Semua terlibat membantu dan berkontribusi untuk kegiatan kami mulai dari menyediakan tempat berkegiatan, catering buat para mentor, sound system, api unggun, acara malam perpisahan dengan makanannya yang super dahsyat, menjaga keamanan hingga pendampingan kegiatan.
Ini membuktikan bahwa di sekitar kita, banyak sekali orang-orang baik dan tulus membantu kita. Segala puji dan syukur pada Allah dan terima kasih yang sebesar-besarnya, hingga kami bingung bagaimana membalas kebaikan ini.

bersama para mentor yang luar biasa

markas bersama di Kampung Zuhud

saung tempat mentor tidur, diskusi dan ngobrol hingga tengah malam
OASEksplorasi di Kampung Zuhud telah meninggalkan kesan mendalam buat kami semua, anak-anak peserta dan mentor. Membangun silaturahim yang indah dengan keluarga Kampung Zuhud (Abah Apep dan Ambu Yoan, Kakak Yazdad, Aa Zahdan dan Nenek) dan warga Dusun Sukajadi, Hegarmanah, Kecamatan Cidolog – Ciamis ini adalah sebuah hadiah indah. Semoga kami diberi usia untuk berkunjung kembali, menengok pohon-pohon yang pernah kami tanam dan mengunjungi keluarga-keluarga baik yang nemerima kami dengan penuh cinta.
Langkah kecil yang dilakukan anak-anak peserta eksplorasi ini insyaallah akan menjadi batu lompatan untuk menuju langkah yang lebih besar berikutnya. Berhasil memecahkan mental block mereka, adalah bekal untuk membelah cakrawala dunia dan menjelajahi alam raya. Semoga jalan mereka kembali terbuka untuk melompat lebih jauh, mencapai limit yang bisa mereka raih. Insyaallah.
Kereen sangat kak. Saluut 😊🙌🙌
Makasih Kak, tulisan kak Andit juga sangat menginspirasi. Bikin kangen KaZu