
Saya nggak pernah menyangka kalau Kayyisha akan senang memasak seperti sekarang.
Awalnya, yang suka masak itu Naufal. Sejak umur 9 tahun kayaknya, Naufal udah bisa “main” di kompor sendiri. Memotong pakai pisau asli (sebelumnya dia hanya diizinin pegang pisau roti).
Ternyata sekarang justru Kayyisha yang hobby buka-buka resep, merencanakan belanja bahan dan baking kue.
Kalau Naufal senangnya memasak main meal, sedangkan Kayyisha senangnya membuat kue.
Sejak usia 6 tahun, Kayyisha berani mengiris pakai pisau tajam. Dia menolak pakai pisau “nggak serius”. Beneran chef ini, senjatanya pisau.
Sebelumnya, Naufal dan Kayyisha memasak berdua. Tentu Naufal yang memimpin, Kay cuma bantu aja. Lama-lama, dia punya banyak ide dan Naufal nggak punya banyak waktu untuk memasak.
Resep pertama yang dibuat Kay sendiri (saya masih bantu di urusan persiapan bahan) adalah ginger bread. Lalu dia mencoba bikin pancake sendiri, berbagai jenis cookies, choco balls.
Sampai akhirnya, dia benar-benar ingin memasak sendiri tanpa bantuan (kecuali saat menyalakan kompor/oven). Mulai dari membuat cupcake, memasak lauk makan, dan cookies.
Dengan memasak sendiri, Kay bisa belajar matematika lewat takaran bahan. Tidak jarang saya mengingatkan dia untuk membuat kue dengan takaran resep setengahnya, supaya nggak terlalu banyak. Dia harus berpikir sendiri bagaimana membagi dua takaran resep itu, mengukurnya dengan timbangan dan sendok takar.
Saat Ramadhan ini pun dia nggak istirahat bikin kue, sampe pernah satu hari, dia membuat kue sendiri dan setelahnya kehausan. Batal deh puasa hari itu, karena Kay minum air putih dua gelas.
Tapi dia melanjutkan puasa lagi kok. Saya memang belum mewajibkan dia puasa sampai maghrib karena umurnya baru 7 tahun. Alhamdulillah, Kayyisha puasa terus. Sesekali haus, saya biarkan dia minum trus lanjut lagi sampai maghrib.

dokumen pribadi
Kemarin, kami baru saja membuat kastangel. Ini kastangel pertama yang saya bikin seumur hidup, hehehe. Biasanya bantu Mama aja, dan nggak ada dorongan buat bikin sendiri. Dorongan ini datang dari Kayyisha yang mengajak saya bikin Lamington, penganan khas Aussie.
Hanya karena bahan untuk membuat Lamington belum lengkap, jadi kami cari resep yang bisa kami buat hari itu. Dan jadilah kami membuat kastangel. Sekalian, menjelang lebaran dan akhirnya kami punya satu toples kue kering :).
Kastengelnya belum sempurna, tapi kami senang. Kayyisha bilang, “Working in the kitchen is soo tiring. But, it’s fun.”
Ya, buat dia memasak itu fun. Tidak buat saya, lho. Saya nggak suka memasak. Anak-anak lah yang menginspirasi saya untuk memasak dan membantu mereka. Dan menjadi kebahagiaan saya untuk terlibat dalam mewujudkan impian mereka.
Dari memasak menu-menu sederhana, saya melihat impian Kayyisha terus berkembang. Dia ingin punya café yang juga menjual penganan kecil buatannya. Barusan, dia minta dibuatkan food blog. Untuk yang ini, akan saya serahkan kepada Naufal yang sedang belajar programming.
Semoga kelak mereka bisa berkolaborasi dan saling mendukung dalam mewujudkan mimpi masing-masing.
Ih Kakak Kayyisha kereeen. two thumbs up, tante ajah angkat tangan deh klo urusan baking membaking…. salute…
Anakku yang besar katanya cita2nya mau jadi chef, Mak Anne. Klo aku masak masakan rumah suka ikut2an, gemar nonton masterchef dan acara masak di TV, tapi emaknya ini gak bisa bikin kue kering sama sekali hikss *
Aamiin. Enak lho kalo anaknya demen masak, pas lg sakit misalnya, ada yg masakin 😉 Di rumah kita jg rajin tuh nonton MasterChef, sekedar nambah2in pengetahuan kuliner. Kapan2 kali kepake 😉
wahpinter memasak ya, aku nyobain ya boleh gak 🙂
Boleh banget atuuuh. Info2 hasilnya yaa 😉