
Kena timpuk event berantai itu rasanya “sesuatu”, antara senang dan panik. Sama seperti teman-teman yang sebelumnya udah ikut cerita bersambung ini, alasan kesediaan saya ditimpuk adalah supaya bisa nambahin postingan blog. Plus, pemanasan lagi setelah sekian lama absen nulis fiksi.
Oya, event ini bernama Cerita Bersambung Blogger, dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut :
- Meneruskan cerita bersambung dari blogger sebelumnya dengan panjang cerita minimal 100 kata (Lanjutan cerita bebas baik dari segi plot dan alur cerita, dll);
- Point of view atau sudut pandang cerita menggunakan sudut pandang orang pertama, seolah-olah penulis/pembaca menjadi tokoh utama di dalam cerita;
- Berikan Judul artikel cerita dengan format, Cerita Bersambung Blogger : Judul Cerita;
- Pada akhir cerita cantumkan cerita sebelumnya dengan format, Cerita Sebelumnya : Judul cerita oleh Nama Blogger dan sertakan pula link judul cerita ke artikel cerita dan nama blogger ke URL Blog;
- Setelah selesai menulis cerita, pilih satu teman blogger untuk meneruskan cerita selanjutnya dan beri link URL blog temanmu;
Yuk, bikin cerita ini lebih berwarna. Jangan berhenti di kamu ya…
***
Kisah Masa Lalu
Mereka bukan anak-anakku. Bukan pula kerabat dekatku. Mereka hanya orang-orang yang dikirimkan padaku sebagai bagian dari takdir.
Skenario hidup, yang tanpa memberi pesan terlebih dahulu telah membuka celah menuju masa silam. Arya, yang kini dihadapanku adalah jelmaan diriku dua puluh lima tahun yang lalu. Seorang lelaki merana yang ditinggalkan kekasih.
Sedangkan gadis itu, Nina, adalah jelmaan Sarinah, wanita yang selalu aku cintai. Bahkan, aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tak akan pernah mencintai wanita lain selain dia. Aku begitu naif, yakin Sarinah akan mengerti semua perhatian-perhatianku adalah ungkapan cinta.
Sampai suatu ketika Sarinah mendatangiku, dengan rona merah di pipinya. “Bahri, aku baru dilamar oleh Mas Mardi. Bulan depan kami menikah. Doakan aku ya, Ri.”
Dan aku memenuhi janjiku, tidak bisa mencintai gadis lain selain Sarinah. Hingga kini.
**
“Pak, benarkan Nina hamil? Saya masih belum percaya.” Mata Arya nanar menatapku. Aku tak sanggup menjawab. Karena aku tahu, tak akan pernah mudah melepaskan cinta yang telah mengakar di hati begitu saja.
Mata Arya belum beranjak, namun bibirku semakin kelu.
*** bersambung ***
Cerita sebelumnya berjudul Nina: Hati Yang Berderak, oleh Linda Satibi
Cerita ini akan diteruskan oleh Rena Puspa
Sarinah itu ortunya NiNa ? Lalu sosok bu Bahri dimana ? Wah makin dalam aja nih ceritanya… Mantap ! Penasaran….
Menikah bukan berarti mencintai. Bisa begitu kan yaaa, hehe.
Iya ya… sip sip sip… maknyus konflik tiap pemainnya…
Ini yg bikin cerita di awal memang keren. Membuka peluang banyak konflik. Penasaran bagaimana selanjutnya 🙂
yang bolong bisa jadi bahan buat yang ditimpuk selanjutnya… kekekeke
Iya Fit. Bakalan panjang ini ceritanya, hehehe
Aseeeek… Makin banyak konflik dan tokohnya. Bisa jadi novel ini 😀
Penasaran bakal jadi gimana nih ceritanya ;p
engh.. bukannya di cerita sebelumnya, Pak Bahri belum tau ttg kisah Nina-Arya ya? Pak Bahri taunya kisah Arya-Yulia, dari penuturan Arya, karena ia terus2 mengigau menyebut nama Yulia..
hihi.. seru yaa.. cerita estafet begini..
Ahahahha, teh Linda aku cuma baca 5 cerita sebelumnya. Jd ga dpt track kisah sebenernya, hahahah. Kacau atuh nya ;p
Itulah serunya #CeBeBe, Kita dituntut untuk flashback melihat cerita sebelumnya. Sekalian blogwalking gitu… kalau ada yang salah bisa diralat kok. Hohoho….
Sip sip 😀
wahh makinn seruuuu…..
blokwalkingnya jadi semangat bgt nih..
mampir ke rumah aku juga ya Mba
Wah, nulis sebelumku ya? Oke, insya Allah nanti aku mampir. Makasih