Buat Rani [Rani Zakiya In Memoriam]

IMG_4074

Saat itu, ruang kelas belum lagi dibuka. Saat seorang gadis berjilbab dan berkaca mata, dengan jerawat di pipi, sama banyak dengan jerawatku, datang.

Dia bertanya sesuatu.

Aku diam, mendengarkan. Lalu kuminta dia mengulangi pertanyaannya.

Dia bicara lagi. Aku masih belum mengerti. Bicaranya cepat sekali.

Akhirnya setelah berulang kali kami bicara, baru kupahami maksudnya.

Mungkin juga karena otakku yang lambat, yang kata orang-orang harus sering diservice, lalu diupgrade prosesornya.

Tapi, toh aku bisa masuk fakultas kedokteran gigi kan? Berarti otakku lumayan juga. Memang dia yang bicaranya terlampau cepat.

Semakin lama berteman dengannya, aku mulai terbiasa. Gadis bernama Rani ini memang bicaranya seperti kereta api ekspress. Tapi dia tidak pernah marah kalau kuledek atau kuminta mengulang kata-katanya dengan pelan. Supaya otak lumayanku lebih mengerti.

Ya, namanya Rani Zakiya. Gadis Bontang jenaka yang senang bercerita. Tak pernah mengeluh apalagi marah. Yang selalu menjadi penceria dalam situasi apa saja.

Tak terasa hampir delapan tahun kami berteman. Melewati suka duka dan getirnya perjuangan sekeloa.

Hingga kami berpisah dalam jarak dan ruang. Lama tak berkabar, sampai suatu hari aku mendengar kabarnya.

Rani terbaring sakit. Tawanya redup. Candanya berbatas. Cerianya pudar.

Dia tidak seperti Rani bawel yang kukenal. Tubuh lemahnya terbaring tanpa daya.

Dia bahkan tak kuasa menerima candaan kami untuk menghiburnya. Matanya melemah dan menutup. Kubiarkan dia dalam dengkurnya.

Dalam jarak, kudengar kabar Rani membaik, mulai berkumpul kembali bersama keluarga. Lega.

Tapi lega ini tak lama.

Kabar lain, yang tentu tak seorangpun pernah mengkhayalkannya, adalah kabar paling buruk tentang Rani.

Perjuangannya berakhir. Allah memanggilnya dalam kedamaian, penuh cinta dan khusnul khatimah. Tak hanya senyumnya yang sirna. Namun juga raganya tak lagi hadir di dunia.

Rani pergi meninggalkan suami dan anak-anak yang sangat mencintainya. Juga kami, sahabat-sahabat yang tak pernah berhenti menyayanginya.

Dia meninggalkan kenangan terindah, momen-momen berharga dan cerita menakjubkan yang akan selalu tercatat dalam jiwa.

Raniku Sayang….

Bahagialah bersama kekasih sejatimu. Yang menyayangimu lebih dari siapapun.

Yang menginginkanmu ada bersama-Nya.

Karena atas kehendakNya-lah, hadirmu begitu berharga di sisi kami.

Mengingatkan kami tentang ketangguhan, kesabaran dan kesetiaan.

Terlebih, engkau mengingatkan kami tentang berharganya sebuah kehidupan

Agar kami menyiapkan saat-saat bertemu Rabb sebaik dirimu

Memperbagus amal kami agar kami menghadapNya seindah dirimu

Dalam senyum

Dalam cita

Dalam keridhaanNya

 

Kami masih ada di sini, Raniku Sayang

Mendoakanmu

Menemani orang-orang yang kau tinggalkan

Menghibur mereka semampu kami

 

Di setiap akhir perenungan kami, kami meminta pada Rabb, agar senantiasa menjagamu

Melapangkan kuburmu

Menempatkanmu di tempat yang mulia

Hingga kami bisa membersamaimu kelak di surga

 

Terima kasih Raniku Sayang

Sahabatku

Selamat jalan…

 

Anne

Bandung, 16 Mei 2015 [dibacakan saat Reuni “Almost 20 Years of Great Happiness” FKG Unpad]

 

Share:

11 Comments

  1. Nunung Yuni A
    July 13, 2015 / 10:33 am

    Kehilangan sahabat selalu saja meninggalkan duka ya mbak. Saya juga masih sering teringat sahabat saya yang meninggal seminggu setelah wisuda dalam perjalanan pulang ke kampungnya. Hiks..

    • Anne Adzkia
      July 13, 2015 / 10:34 am

      Iya mba.
      Makasih udah mampir ya mba.

      • Regina kumala
        December 11, 2017 / 12:58 am

        Jane..keren puisinya..tapi tetep takut sama kucing..apalagi garong..miss you jane

  2. Haryadi Yansyah
    July 13, 2015 / 2:35 pm

    :'(
    Selamat jalan mbak Rani.

    • Anne Adzkia
      July 13, 2015 / 3:52 pm

      :'(

  3. July 13, 2015 / 10:09 pm

    Sedih bacanya, serasa ditinggal betul sama teman dekat sendiri. Padahal hanya ditinggal sahabat baik pergi utk melanjutkan pendidikannya ke luar negri aja saya bisa mewek… Semoga Mba Anne bisa dipertemukan kembali dengan beliau di surga-Nya 🙁

    • Anne Adzkia
      July 13, 2015 / 10:28 pm

      Allahumma ‘aamiin.
      Sedih inget dia waktu sakit, biasanya ceria bgt. Tp insya Allah skrg dia bahagia, nggak merasakan sakit apa2.

  4. July 13, 2015 / 10:38 pm

    sedih bacanya mbak, Turut berduka untuk sahabatnya ,ikut mendoakan

    • Anne Adzkia
      July 13, 2015 / 10:46 pm

      Makasih mbak Lidya

  5. Sam hydr
    July 28, 2015 / 3:16 am

    Rani …..
    Aq mengenal dan dkat dengan rani dan kluarganya
    Rani .
    Kamu pergi bersama semua kenangan baik tentangmu .

    Smg damai selalu besertamu dalam pelukan Ilahi Rabbi…

    • Anne Adzkia
      July 28, 2015 / 6:23 am

      Aamiin ya Rabbal’alamiin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *