Begini Nih Ribetnya Kemping Minim Sampah

Begini Nih Ribetnya Kemping Minim Sampah

Kalau teman-teman mendatangi tempat wisata, pasar malam, pesta pernikahan atau apapun yang dikunjungi banyak orang, apa kesamaannya? Yes, jawabannya adalah banyak sampah.

Adalah kebiasaan umum masyarakat kita yang makan menggunakan kemasan sekali pakai, dalam bentuk karton, plastik bahkan styrofoam, lalu meninggalkannya begitu saja. Bagi sebagian orang (atau kebanyakan orang ya?), membuang atau membereskan sisa makanan adalah tugas panitia penyelenggara atau tukang bersih-bersih. Gak heran, usai sebuah acara, yang tersisa adalah sampah yang berserakan.

Pertanyaan saya berikutnya, apa makanan favorit teman-teman saat kemping? Saya yakin, banyak dari kita yang memilih makanan praktis saat berkegiatan di luar. Minum dengan air minum botolan plastik. Ngopi pakai sachetan. Apalagi di daerah kemping yang biasanya dingin, makan mie dalam cup styrofoam adalah penyempurna kebahagiaan. Karena nggak lengkap kalau kemping tanpa mie instan. Begitu jargonnya.

Lalu kemana bungkus sisanya berakhir? Ya, mungkin ada yang dibawa pulang. Ada juga yang dikumpulkan dalam plastik, lalu ditinggalkan di lokasi acara. Toh nanti ada yang bersihkan.

Teman-teman, tahukah bahwa semua sampah itu nggak ada yang benar-benar lenyap dari muka bumi ini. Serapi apapun kita membuangnya, semua jadi perusak tanah, air dan udara kita.

Seperti tulisan saya di sini, tentang eksplorasi anak pramuka Klub Oase, bahwa kami menemukan fakta bahwa di sebuah pulau tanpa penghuni, kami mengumpulkan belasan karung berisi sampah yang dikumpulkan di sepanjang pantainya. Semua berasal dari pulau yang sedang kita diami ini.

Makanya kita harus benar-benar berusaha untuk berhenti memproduksi sampah. Kasihan bumi ini, yang kewalahan menampung sampah non organik kita. Kebanyakan bro! Semua sumbernya dari botol minuman kita, gelas plastik jajanan kita, plastik pembungkus makanan, kresek belanjaan, sedotan minuman dingin segar, styrofoam makan siang dan macam-macam lagi.

sampah-plastik

sampah plastik yang dikumpulkan di pulau tak berpenghuni

Keribetan Kemping Minim Sampah

 

Ribet? Banget. Tapi kalau maunya gampang aja, risikonya besar. Sebenarnya untuk kemping minim sampah, caranya gampang. Stop bawa bekal minuman sachet, mie instan dan cemilan berbungkus. Itu aja sih kuncinya.

Jadi bagaimana makannya?

Pertama, siapkan wadah-wadah makanan, tumbler minuman, gelas, piring dan sendok yang bisa dicuci dan dipakai ulang.

Kedua, beli sayur, buah dan bekal makanan lain tanpa plastik. Masukkan dalam wadah kita.

Ketiga, buat makanan yang awet dan nggak mudah basi, seperti tempe kering, rendang, telur rebus, abon/dendeng.

Keempat, bawa alat masak secukupnya.

Kelima, manfaatkan penduduk lokal sebagai sumber air minum kita. Beli dengan cara refill ke dalam botol minum kita.

Keenam, siapkan lubang organik untuk membuang sampah sisa makanan.

Ketujuh, bungkus semua perlengkapan kita dengan tas kain atau tas lain yang bisa dipakai ulang.

Kedelapan, bawa serbet atau lap kain untuk membersihkan peralatan.

zero waste

belajar zero waste yuk

Nah, minimal dengan kedelapan cara ini kita bisa untuk nggak memproduksi sampah. Ketika akan memulai, semua akan terasa berat dan ribet banget. Bawaan juga jadi kurang praktis. Padahal enaknya camping itu bawaannya praktis, tinggal bawa barang-barang yang bisa dibuang di jalan. Ini pemikiran saya dulu kala.

Tapi ketika saya memulai sebuah pengalaman camping minim sampah, ternyata manfaatnya sebanding dengan effortnya. Lingkungan tempat kita camping menjadi bersih, kita nggak perlu berat membawa turun sampah hasil bungkus makanan kita, dan yang pasti nggak meninggalkan bekas di lokasi camping.

Melihat pemandangan yang hijau dan asri tapi ternodai lembaran plastic dan ceceran bungkus cemilan, kok nggak banget ya. Merusak pemandangan. Apalagi, sudah dipastikan seusai acara pasti ada aja sampah yang tertinggal.

Awarness terhadap lingkungan ini merupakan salah satu pendidikan moral yang penting buat generasi kita. Anak-anak milenial itu suka sesuatu yang baru, yang membangun, dan positif. Semua bisa dimulai dari lingkungan yang paling dekat dengan mereka, yaitu keluarga.

Indonesia merupakan negara kedua penghasil sampah plastic di dunia. Produksi bahan pembungkus dari plastic dan styrofoam begitu masif. Dimana-mana kita bisa menemukannya. Kebayang nggak, sepuluh tahun dari sekarang, akan seperti apa bumi kita. Ewwww banget kan?

 

Kampanye Kemping Minim Sampah

 

Adalah seorang wanita petualang bernama Nirmala atau yang akrab dipanggil Pieta, yang melakukan ekspedisi nol sampah ke lima gunung tinggi di Indonesia. Beliau menuliskan kisah perjalanannya di buku “Zero Waste Adventure”.

Pengalamannya sangat lengkap dipaparkan, bagaimana sedihnya melihat puncak gunung Rinjani yang indah dipenuhi oleh sampah sisa makanan. Gerakan zerowaste adventure ini sudah mulai marak, namun perbandingannya masih sedikit dengan petualang yang ada.

Saya dan keluarga sudah 3 kali mengikuti event kemping minim sampah, yang semuanya diselenggarakan oleh praktisi homescholers. Dan hasilnya luar biasa. Tidak hanya selama kemping, namun setelahnya kebiasaan ini bisa kita bawa ke kehidupan sehari-hari.

Melakukan perubahan tentu tidak mudah. Akan banyak alasan dan pembenaran untuk membuat kita maju mundur berani memulai. Agar tekad kita makin kuat, cobalah melakukan perjalanan. Kemudian, buka mata kita lebar-lebar dan lihat sekeliling.

Pandangi sampah di sekitar kita. Hitung berapa botol minum kemasan, plastic pembungkus, kotak makan styrofoam, sedotan, dan lain-lain yang ada di tempat sampah dan berceceran. Melihatnya sungguh membuat hati miris.

Yuk lakukan dari sekarang. Baca dulu Tantangan Memulai Zero Waste ini ya, untuk membuka wawasan kita.

kemping minim sampah

kemping minim sampah, tetap bersih meski sudah hari ke-4

 

Share:

6 Comments

  1. September 27, 2018 / 10:05 pm

    Well informed mba anne…
    Makasih sharingnya
    Aku masih susah urusan sampah plastik nih
    Susah krn gak kukerjain sendiri
    Tp ttp nyoba yg bs dilakukan kyk bw tumbler ketimbang amdk
    Lap pakai kain ketimbang tisu dll

  2. October 1, 2018 / 3:24 pm

    aku kalo beli makanan trus ternyata pake sterofoam ga jadi beli mbak. baru sebatas itu sm hal sepele lainnya. jadi inget jaman dulu pas kursus di JF pernah bikin artikel kalo merugikan knp lah pula tercipta itu plastik dan sterofoam hiks

    • Anne Adzkia
      October 1, 2018 / 4:02 pm

      Udah keren Rin, krn skrg steropom dimana2. Beneran, apalagi kalo kita beli makanan take away.

  3. Kamal
    November 11, 2018 / 1:43 pm

    Kesadaran soal sampah memang harus di berikan ke anak anak muda, kebetulan saya suka naik gunung, pengalaman pribadi rasanya tidak ada gunung di pulau jawa ini yang tidak ada sampahnya terutama plastik

    • Anne Adzkia
      November 11, 2018 / 1:45 pm

      Sedih yaa…hrs mulai digalakkan zero waste adventure ya

  4. August 2, 2022 / 9:12 pm

    Waah, pengen banget saya kemping. Mungkin kalau anak saya sudah agak besaran dikit. Saya simpan tulisan ini kalau suatu saat jadi kemping.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *