
Nggak ada tempat yang paling berkesan selain tempat dimana kita menemukan pasangan sejati dan mendapatkan pengalaman hidup yang berharga. Bagi saya yang hidup “nomaden”, yang artinya bukan ‘nonton sama si Deden’ ya, melainkan selalu berpindah-pindah tempat, banyak sekali kota yang berkesan.
Namun ada satu kota yang setiap kali orang bertanya, “Kamu orang mana?”, saya selalu menjawab dengan menyebut nama kota tersebut. Kota ini adalah kota Bandung.
Sepertinya semua orang sepakat kalau saat ini Bandung merupakan salah satu kota impian masyarakat Indonesia untuk tinggal. Ya, walikotanya, Kang Ridwan Kamil memang telah berhasil membawa nama Bandung menjadi kota inspirasi yang bergema hingga seantero negeri. Bahkan hingga ke mancanegara. Makin bangga dong saya ingin diakui sebagai orang Bandung. Padahal saya sekarang sudah nggak lagi tinggal di Bandung.
Di Sana Tempat Lahir Beta
Saya memang lahir di Bandung. Tepatnya di RS Hasan Sadikin (RSHS), yang merupakan salah satu Rumah Sakit terbesar di Indonesia.

Rumah Sakit ini meninggalkan catatan sejarah yang amat besar bagi saya. Tidak hanya sebagai tempat saya dilahirkan, tapi juga tempat saya menimba ilmu dan mama tercinta menghembuskan napas terakhirnya. Hingga kini, setiap melewati atau mengunjungi koridor rumah sakit itu perasaan saya campur aduk. Terutama karena kejadian terakhir yang amat menyisakah sedih dan kerinduan akan mama.
Puluhan tahun yang lalu (tebak deh umur saya berapa, hihihi) saya lahir di kota ini tapi nggak menetap. Karena kedua orang tua saya sedang merantau ke ibukota jadilah masa kecil saya dihabiskan di Jakarta. Berpindah-pindah di beberapa area. Saya kembali ke Bandung ketika diterima di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (FKG Unpad).
Saat itu Bandung belum semacet sekarang. Udara masih bersih dan dingin. Belum banyak mall, factory outlet, restoran dan tempat wisata seperti sekarang. Menurut saya, inilah wajah Bandung yang sebenarnya. Saya kangen banget suasana Bandung seperti saat itu.
Kuliah di FKG membawa saya kembali ke rumah sakit ini. Selain sebagai rumah sakit rujukan utama di wilayah Jawa Barat, RSHS juga berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan karena bekerja sama dengan beberapa institusi pendidikan medis seperti Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas Ilmu Keperawatan. Jadi jangan heran kalau akan melihat banyak mahasiswa wara wiri di sepanjang rumah sakit.

Sejarah RSHS Bandung
Tahun-tahun menimba ilmu ini merupakan masa yang penuh cerita dan pengorbanan berupa keringat, darah dan air mata. Tapi perjuangan ini ternyata banyak hikmahnya. Bukan hanya profesi, namun pengalaman dan persahabatan. Saking lamanya kami kuliah, saya dan teman-teman FKG bersahabat sangat erat hingga saat ini. Kami masih sering saling bertemu dan mengunjungi, kumpul-kumpul dan komunikasi dunia maya juga pastinya.
Oya, sedikit kisah saya saat kuliah pernah saya tulis di Peneliti vs Tukang Jahit yang juga pernah dimuat dalam Antologi Skripsi Krispi.
Dan cerita perjalanan persahabatan saya dan teman-teman juga terangkum dalam video berikut.
Bandung dan Sudut-sudut Favorit Saya
Kita tinggalkan kenangan tentang rumah sakit yang terkesan suram ya. Saya ingin cerita hal-hal yang menyenangkan aja. Yaitu tentang tempat yang paling sering saya kunjungi selama saya tinggal di Bandung dulu. Selain kampus tentunya (kampus saya ada di 3 tempat yaitu Jatinangor, RS Gigi & Mulut Sekeloa dan RSHS) saya sering mengunjungi beberapa tempat ini.
- Lapangan Gasibu
Pasti olah raga ya? Hahaha, bukan.
Lapangan Gasibu saat saya kuliah dulu selalu penuh manusia setiap hari Minggunya. Mulai dari jalan raya, halaman Gedung Sate sampai lapangannya diisi oleh orang-orang yang berolah raga pagi sambil jajan. Lho? Iya, karena wilayah ini tiba-tiba menjadi pasar kaget. Sampai-sampai lalu lintas terhambat dan macet luar binasa, eh biasa.
Nah, saya dan teman-teman seringkali menjadi orang-orang yang memenuhi area itu. Yang pasti sih bukan untuk olah raga, melainkan jajan dan belanja-belanji.

Gasibu sekarang tampak cantik. Foto diambil dari www.bandungtourism.com
Di sini segala rupa barang ada. Mulai dari pakaian dalam sampai perabot rumah tangga. Mulai dari kebutuhan bayi sampai kakek-nenek. Segala macam makanan juga ada, mulai dari makanan kampung sampai mancanegara.
Sekarang lapangan Gasibu sudah tertata rapi, indah dan nggak ada lagi pasar kaget tiap Minggu pagi. Jadi kalau mau olah raga lebih enak dan aman.
- Taman Bacaan Cemara
Saat sedang ko-ass di RSHS, yang harus jaga malam dan siaga menerima pasien-pasien gawat di UGD itu melelahkan lahir batin. Setiap habis jaga, saya sering menyengaja mampir ke taman bacaan untuk pinjam komik.
Komik favorit saya saat itu adalah Detective Conan dan Ashari-chan. Pasti kenal lah ya dengan Conan Edogawa, bocah jenius yang bisa bertransformasi menjadi detektif bijak dan cerdas. Eh Conan sebenernya bukan bocah. Hanya karena sebuah cairan hasil percobaan dia berubah secara fisik.
Kalau Ashari-chan adalah komik anak-anak yang menurut saya nggak layak dibaca anak-anak karena isinya tentang kejahilan seorang kakak kepada adiknya, Ashari-chan. Dia gemar pranking dan usil yang seusil-usilnya. Membaca keusilan kocak ini bikin saya ngikin dan otak saya rileks banget.
Taman Bacaan Cemara ini lokasinya di Jalan Ciateul (Jl. Ibu Inggit Ganarsih), yang lumayan jauh dari RSHS dan rumah saya di Sarijadi. Niat banget deh pokoknya.
- Bandung Indah Plaza (BIP)
BIP merupakan mall tertua di Bandung. Dulu belum ada tuh Bandung Supermall (BSM), Cihampelas walk (C-walk), Parisj van Java (PVJ) dan mall-mall lain yang keren-keren. Andalan saya dan teman-teman window shopping ya hanya BIP. Tapi karena penduduk Bandung juga belum banyak, BIP malah nggak sesak seperti sekarang.

Foto diambil dari www.sebandung.com
- Yoghurt Cisangkuy
Café dan resto saat itu juga belum seramai sekarang. Tapi café Cisangkuy ini sudah ada sejak lamaaa banget dan masih bertahan hingga sekarang. Bahkan makin ramai.
Ciri khas café ini adalah produk yoghurt selfmade dan milkshake-nya. Di tempat inilah saya mengenal minuman bernama yoghurt dan milkshake, serta mengenal hidangan kentang sosis. Namanya anak kuliahan yang jatah bulanannya terbatas dan biasa makan di warung dengan menu oseng-oseng kangkung dan pindang peda, menu kentang sosis udah mewah banget.
Kadang, kalau ke Cisangkuy ini cuma sanggupnya beli minuman, makanannya beli di luar café. Ada mamang siomay yang kini ikut tenar karena selalu berdagang di depan café Cisangkuy.
Oya, nama cafenya adalah Yoghurt Cisangkuy, yang terletak di Jl. Cisangkuy.

Foto diambil dari www.sebandung.com
- Cibadak Mall
Ini bukan mall, tapi nama sebuah pasar gelaran yang ada di Jalan Cibadak. Produk yang dijual di sini kebanyakan baju dan aksesori second. Iya, barang brand bekas yang konon katanya impor dari China, Taiwan atau Korea. Jijay sih kalo dipikir-pikir ya. Tapi pasar ini rame pengunjung lho. Banyak orang menyebut area ini dengan sebutan C-mall atau Sogo Jongkok, belanja baju ala produk Sogo tapi sambil jongkok, hihihi.
Si penjual biasanya memberi tips mencuci baju sebelum dipakai, seperti direndam air panas sebelum direndam sabun, dsb. Saya nggak tahu pasar ini masih ada atau nggak.
Sebetulnya masih banyak tempat-tempat yang sering saya kunjungi dan berkesan di Bandung. Saking banyaknya, bisa jadi satu buku kalau ditulis semua kayaknya, hehehe.
Oase itu Ada di Bandung Juga
Ada satu lagi tempat bersejarah yang dulu rutin saya kunjungi setiap pekan untuk menimba ilmu. Di tempat ini, saya pernah menemukan sebuah Oase yang menyuburkan kekeringan jiwa. Di sini pula saya menemukan titik balik hijrah. Namanya Majelis Percikan Iman yang dipimpin oleh Ustadz Aam Amiruddin dan istri tercinta Teh Sasa Esa Agustiana.
Saya tidak pernah absen mendatangi majelis ini setiap Ahad pagi di Masjid Al Murasalah, Gegerkalong Hilir. Alhamdulillah dekat juga dari rumah di Sarijadi. Tidak hanya ilmu, di tempat ini saya menemukan komunitas dan sahabat. Saya sempat bergabung menjadi relawan untuk korban bencana dan dhuafa atau yang disingkat Barikade.
Komunitas relawan ini banyak melakukan aksi sosial di wilayah Bandung dan sekitarnya. Dari sini lah saya banyak menemukan momen yang mengobarkan semangat berIslam. Bersama teman-teman yang luar biasa, saya berkenalan dengan dunia yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya. Daerah-daerah korban bencana, krisis akidah dan daerah miskin.
Selama kurang lebih 4 tahun saya aktif di berbagai kegiatan sosial bersama Yayasan Percikan Iman dan Barikade yang saat itu bermarkas di Jalan Karang Layung dan Cihampelas. Bukan hanya sahabat, dari sini juga saya menemukan cinta.
Muara Dari Semua Kenangan Adalah Cinta
Nggak ada tempat yang paling berkesan selain tempat dimana kita menemukan pasangan sejati. Ini sudah saya sebutkan di awal. Semua kenangan indah akan terukir jelas jika ada cinta di dalamnya. Apalagi ini bukan sembarang cinta.
Berawal dari aktifitas sosial, saya nggak pernah menyangka bahwa dari sana akan menemukan MY SPECIAL ONE. Dari sosoknya, saya nggak pernah sedikitpun memimpikan kalau dia yang akan jadi imam saya. Ternyata, dialah yang datang dan meminta saya untuk menjadi pengantinnya.
Di kota Bandunglah pencarian saya tentang jodoh berakhir. Saya dan suami menikah di Bandung, dikelilingi keluarga dan sahabat yang shalih dan shalihat, Ustadz yang biasa membimbing kami pun hadir memberi taujih indah.
Setelah nikah, perjalanan saya mengelilingi Bandung semakin luas. Nggak hanya rumah, kampus, tempat makan dan masjid. Tapi ada perjalanan-perjalanan panjang yang tak terukur oleh meteran terpanjang sekalipun. Meskipun akhirnya kami meninggalkan Bandung untuk mengembara di beberapa belahan dunia, kami tetap mencintai Bandung dan akan kembali ke Bandung.
Apalagi sekarang penampilan Bandung semakin cantik dalam genggaman Kang Emil, walikota tecinta. Semakin besar cinta saya pada Bandung. Dan di kota inilah saya dan suami kelak ingin menua bersama dan menghabiskan sisa hidup ketika sudah habis kesempatan mengembara keliling dunia.

Ini bukan foto di Bandung 😉 tapi waktu saya jalan-jalan ke Sydney
Bandung memang memikat. Saya pernah kesana dan memang membuat ketagihan 🙂
Ayo ke Bandung lagi mbak 🙂
Huaaaaa. Terharu bener bacanya Mbak Amne. Saya membayangkan Bandung di masa Mbak Anne kuliah kok rasanya jauh lebih romantis dan jauh lebih indah ya. Semoga menang ya Mbak giveawaynya..
Memang Daan. Saat itu pendatang blm sebanyak sekarang. Dialek Jakarta (elo gue) masih langka. Udara masih adem.
Bandung ternyata memberi kenangan buat banyak orang. Termasuk saya, meski tidak sering ke sana tapi beberapa saudara bermukim disana. Terakhir ke Bandung tahun 2012 lalu waktu studi banding di UPI.
Bandung mmg penuh kenangan ya mbak.
Sudah lama saya tidak ke Bandung, rinduuuuuu
Waah mari kita ke Bandung kalau begituu 🙂
I love you n miss uuuuuuu…. Segera cds-an yuuukkksss….????????????
Yuuuk…Bogor kaaan? 😉 Can hardly wait.
Setelah menikah, maka perjalanan mengelilingi Bandung lebih luas ya, Mbak. Semoga semakin bahagia bersama keluarga tercinta.
Iya Mas, karena suami asli orang Bandung dan hapal banyak tempat. Doa yg sama utk keluarga mas Akhmad.
Romantiiis ….serasa ikut kembali ke masa mudanya teh anne 🙂
Aw awwww…hihihi
oh mbak Anne lulusan Unpad ya, eh iya ya orang sunda juga bukan. Mbak kapan praktek lagi?
USA mbak, urang sunda asli. Belum tahu kapan mulai prktk lagi, hehehe
Bandung emang kota yang berkali kali mengunjungi tidak akan bosan
Setujuuuuh..:D
dulu tiap ke Bandung, saya rajin ke Cibadak Mall. Sekarang maish ada gak, ya? 😀
Nah gak tau masih ada atau malah udah berubah jd mall beneran ya
Banduuungg versi mba Anne kayak yg digambarkan Ftv..so sweet
What, FTv? Hahahaha..masa sih? Pdhl aku gak pernah nonton ftv.
eeeehhh rumahnya deket lhoooo ama rumah saya 😀
Di daerah mana mbak?
ahhh bandung, jadi ingat bapak wali 😀 aku mau ikutan jugaaaa
Aaah jd inget foto Evrina sama pak Wali yg bikin sirik itu, hihihi
Aku juga pengen banget ngerasain Bandoeng tempo doeloe, sebelum kemacetan dlsb melanda.
Btw, baru tahu Yoghurt Cisangkuy itu sudah tua juga usianya rupanya :).
Dulu Bandung romantis banget, skrg macet dimana2
Waduh ada C-mol. Hehehehe… tempat favorit saya belanja baju saat kuliah. Kebutuhan baju yang banyak bikin kasian ortu kalo beli baju mahal. Jadinya ya ke cimol. Iya banget, para pedagangnya sering ngasih tips. Kereeeen….
Ihiks jadi inget masa-masa kuliah… *Baper*
Nuhun sudah ikutan GA saya. 🙂
Yuk baper bersama, hihihi
Saya punya satu sudut favorit di Bandung. Restoran Sumber Hidangan, Braga.
Aaaah di Braga mah banyak tempat asik yaa. Makasih berkunjung ke sini, Mas Ef.
Mbaaaaaak, kok aku kudet banget yah, serius itu pasar kaget Gasibu udah ga ada? tidaaaaaaaak *lebay*
Yaaah Orin, pan udah dirapiin sama Aher n RK. Skrg jadi rapi, tp jd gak bisa jajan. Hihihi
Banyak cerita ya mbak yang terjadi di Kota Kembang ini,,, Aku jadi tahu rumah sakit terbesar di Indonesia. Btw ada tow mbak Majelis Percikan Iman? ini juga aku baru tahu, hehehe. Salam kenal mbak Anne dari Jogja
Aslmkm mba… kalau di bandung guesthouse yang murah-murah dimana ya..
Saya nggak banyak tahu, tp ada guest house (tepatnya sih room aja) di Pasteur, namanya Zenrra House. Cek FPnya aja di fb.
Pengen banget nih ke Bandung apalagi kalau suka liat IG nya kang Emil. Kayaknya ayem banget gitu disana.
Oh ya btw gambarnya kurang gede mbak hehe
Oke, makasih masukannya. Nanti saya edit
Assalaamualaikum, apa kabar Bandung kota sejuta kenangan?
Semoga tetap ramah keluarga ya. Makasih mba Anne, sudah berbagi. Saya Reza, juga USA, urang sarijadi asli, jamaah MPI, Dan kajian tematik.favorite radio rase 102.3 FM Dan MQ FM.. Salam Dan doa terbaik buat warga bandung dari Jeddah.