Anak Para Syuhada

anak para syuhada

[Fiksi: Anak Para Syuhada]

Anakku…

Kemarilah sebentar sayang. Mendekatlah dan duduklah di pangkuan Ummi. Ada yang ingin Ummi sampaikan. Izinkan Ummi berkisah untukmu.

Enam tahun yang lalu, tepat satu minggu sebelum engkau dilahirkan, Abi membuat sebuah surat untukmu. Meskipun kami tahu engkau belum lagi bisa memahami tiap kata yang tertulis disana, engkau belum lagi bisa menerjemahkan ungkapan-ungkapan disana dan engkau bahkan belum mengerti arti sebuah surat. Namun kami tahu, engkau akan bisa menangkap bahasa cinta yang terukir di dalamnya.. Kisah tentang kehidupanmu.

Kini di usiamu yang keenam, Ummi ingin membacakan beberapa bait kalimat yang pernah ditulis oleh Abi itu. Maka dengarkanlah sayang. Dengarkanlah dengan hatimu. Agar engkau mengerti betapa besar arti cinta dalam tiap tarikan nafas saat Abi-mu menuliskannya. Ummi bacakan kembali untukmu….

Ananda Ghazi…
Kehadiran nanda di dunia ini sangat kami nantikan.
Kami merindukan kehadiran nanda, tangis nanda, senyum nanda, tatapan mata nanda, riang tawa nanda.

Tapi, bukan untuk itu saja kami berdo’a siang dan malam memohon kepada Allah azza wa Jalla untuk menganugerahkan nanda pada kami. Ada asa lain yang kami panjatkan kehadapan Sang Pencipta. Kepada Sang Penentu. Sang Penggenggam jiwa-jiwa seluruh makhluk dalam semesta raya.
Dan asa itu tertuang dalam namamu… nama yang telah kami siapkan bagimu.
Naufal Akhtar Al-Ghazi.

Kenapa kami memilih nama itu?
Jawabnya karena kami merindukan kehadiran seorang pejuang, seorang dermawan, seorang pejuang yang dermawan, seorang pejuang kedermawanan.
Itulah arti yang disandang oleh namamu, Naufal artinya dermawan, Akhtar artinya orang yang terpilih dan Ghazi artinya pejuang.

Jika nanda bertanya, kenapa harus seorang pejuang?
Kami hanya bisa menjawab, karena nanda hadir dengan perjuangan, hidup untuk berjuang dan semoga saat ajal menjemput pun nanda dalam keadaan bejuang untuk Allah SWT.

Kelak nanda akan mengerti apa arti perjuangan untuk nanda, karena perjuangan itu sendiri akan berbeda untuk semua orang, untukmu, abi, ummi, maupun orang-orang yang akan nanda temui.
Hanya satu hal yang sama…
Bahwa kita berjuang hanya untuk Allah, hanya untuk menggapai ridha Allah. (13 Agustus 2004)

Begitulah potongan surat yang Abi tulis. Berisi sebuah harapan besar untukmu. Bahwa dalam hidup ini engkau akan selalu berhadapan dengan perjuangan. Perjuangan dengan segala bentuknya.

Kebahagiaan, kesedihan, kemuliaan dan kehinaan adalah bagian dari sebuah perjuangan. Kemudahan, kesulitan, berlebihan maupun berkekurangan adalah bagian dari perjuangan. Seluruh hidup kita adalah perjuangan, dalam bentuk apapun itu.

Anakku…
Saat engkau lapar dan haus, ada makanan dan minuman telah tersedia dihadapanmu. Saat engkau ingin dibelai, dipeluk dan dibuai, ada Ummi dan Abi yang siap menghadiahkannya untukmu. Saat engkau sakit, gelisah, kesal dan marah, ada keluarga yang melindungimu dan menghapus derai air mata yang menganak sungai di pipimu.

Namun pernahkah engkau tahu, di sisi lain dunia kita ada sebuah dunia yang sungguh berbeda dengan apa yang engkau rasakan. Dunia dimana anak-anak sebayamu berjuang dengan segenap jiwa mereka, berjuang diantara puing-puing reruntuhan, berjuang diantara deru mesin tank penghancur, berjuang diantara desingan peluru AK-47, diantara tangisan dan darah yang bercampur menjadi satu. Sungguh, perjuangan yang mereka alami jauh lebih berat dari perjuanganmu. Itulah dunia perjuangan anak-anak Palestina.

Mereka sama berjuang sepertimu, berjuang untuk Allah yang telah menciptakanmu dan juga menciptakan mereka. Tapi tahukah kau sayang, ketika mereka lapar dan haus tak ada makanan ataupun minuman yang bisa mereka nikmati. Ketika mereka rindu sentuhan dan buaian kasih sayang orang tua, sebagian dari mereka tak pernah mendapatkannya karena mereka telah yatim piatu sejak kecil. Mereka kerap kedinginan saat malam mendekat, kepanasan saat siang menyengat, ketakutan dan kebingungan karena tak memiliki tempat berlindung.

Masa kecil yang seharusnya mereka nikmati dengan bermain, seperti yang engkau rasakan, tak pernah terjadi pada mereka. Karena taman bermain mereka menjadi tempat mendarat rudal-rudal penghancur, jalanan mereka dipenuhi selongsong peluru, rumah mereka selalu dilingkupi dengan kecemasan karena setiap saat rudal-rudal laknat itu bisa datang dan meruntuhkan atap rumah mereka. Kelaparan dan kehausan akrab dengan keseharian mereka, tangisan dan kematian sanak saudara yang syahid di tangan Zionis Israel biasa mereka lihat, kemiskinan dan keterbatasan sudah menjadi bagian dari jalan hidup mereka.

Lihatlah wahai anakku sayang, betapa hidupmu dan hidup anak-anak Palestina itu berbeda bagaikan bumi dan langit. Dan tahukah kau apa arti dari semua itu? Ya, artinya engkau harus lebih banyak lagi bersyukur. Takdir yang diberikan kepadamu mengizinkan engkau hidup lebih baik daripada mereka. Engkau diberikan ladang berjuang yang lebih mudah daripada mereka.

Pernahkah terpikir, seandainya engkau yang berada di posisi mereka? Atau kelak Allah memberikan keadaan seperti yang dialami anak-anak Palestina itu kepadamu? Siapkah engkau berjuang melewati ujian itu?

Anakku, selain rasa syukur izinkan Ummi mengajakmu untuk berempati, ikut merasakan penderitaan yang dirasakan anak-anak Palestina. Betapa kesempatan mereka untuk menikmati indahnya masa kanak-kanak sangat sedikit, pun kesempatan mereka untuk menimba ilmu dan merangkai cita-cita tak seberapa. Namun mereka mampu menjalaninya. Kehidupan itu membuat mereka menjadi kuat, menjadi muslim dan muslimah yang tangguh, dan senantiasa sabar dan syukur. Karena memang itulah yang diinginkan Allah dari kita makhluknya. Sabar kala diberi kesulitan dan syukur kala mendapat kelapangan.

Ummi ingin Engkau menjadi pejuang tangguh seperti anak-anak Palestina. Sehingga dikala sebuah ujian datang padamu, engkau tetap kuat. Bercerminlah pada mereka, niscaya akan membuatmu selalu bersyukur. Engkau masih memiliki Ummi, Abi dan keluarga yang menyayangimu setiap waktu. Engkau masih memiliki rumah yang melindungimu setiap saat. Engkau masih memiliki kesempatan bersekolah dan bermain bersama teman-teman.

Anakku…
Ingatlah satu hal penting. Jangan berhenti mendoakan mereka. Karena mereka adalah saudara-saudara kita. Yang harus menjadi bagian dari kehidupan kita. Ingatkah kau pesan Rasul kita tercinta, tentang persaudaraan sesama muslim yang diibaratkan bagai sebuah tubuh. Tatkala ada bagian tubuh yang sakit, niscaya bagian tubuh yang lain akan ikut merasakan. Itulah kita dan mereka. Airmata mereka adalah air mata kita, senyum mereka adalah senyum kita.

Sematkanlah sebait saja do’a sederhanamu dalam sujud-sujud shalatmu. Bayangkanlah wajah-wajah mereka dalam untaian kalimat Rabithah-mu. Mohonkanlah syahid bagi mereka yang telah meninggal dunia karena ulah kebiadaban tentara Israel laknatullah. Berbagilah mereka dengan mereka, ya…berbagi. Berbagilah apa yang menjadi kelebihanmu untuk mereka dan ambillah hikmah perjuangan mereka, tumbuhlah bersama mereka dengan satu cita-cita menegakkan kalimat Allah, menggapai hidup mulia atau syahid menjemput nyawa. Berjuanglah bersama mereka, anak-anak Palestina, anak-anak para syuhada.

Ummi, Tanjung 5 Juni 2010

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *